Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Miris, Pernikahan Dini Naik Selama Pandemi

Selama masa pandemi Covid-19, pernikahan anak ternyata meningkat. Anak-anak adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun dan umumnya adalah pelajar.

Ilustrasi diambil dari Radar Bromo (Jawa os Grup)

Berdasarkan data dari Komnas Perempuan yang dirilis tribunnews.com, pada 2019 ada 23.126 kasus pernikahan anak, kemudian pada 2020 jumlahnya meningkat menjadi 64.211 kasus. Naik nyaris tiga kali lipat.

Mengapa Marak Pernikahan Dini?

Menurut Dosen Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Dr. Susilowati Suparto, M.H melalui situs unpad.ac.id, peningkatan angka pernikahan dini di masa pandemi salah satunya ditengarai akibat masalah ekonomi. Akibat orang tua kehilangan mata pencaharian.

Saat kondisi ekonomi begitu sulit karena tidak ada lagi pemasukan, para orang tua tersebut seringkali mengambil jalan pintas dengan menikahkan sang anak yang masih berusia dini. Mereka berpikir, setelah anaknya menikah tanggung jawab (ekonomi) akan berpindah dari orang tua ke suami.

Selain itu, kebijakan penutupan sekolah dan pemberlakuan belajar di rumah juga diduga menjadi salah satu pemicu maraknya pernikahan dini. Susilowati menuturkan, aktivitas belajar di rumah mengakibatkan remaja memiliki keleluasaan dalam bergaul di lingkungan sekitar. Apalagi bila pengawasan orangtua terhadap anak sangat lemah.

Alhasil, terjadi pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah. Apalagi umumnya saat anak hamil, orang tua langsung menikahkan anak mereka.

Duh, padahal pernikahan di usia yang masih sangat muda banyak dampak negatifnya lho. Ikatan pernikahan pasangan yang masih remaja umumnya sangat rapuh, tidak sestabil pernikahan pasangan yang sudah dewasa.

Lebih Rentan Bercerai

Pasangan suami istri yang masih remaja umumnya lebih rentan bercerai. Hal ini dikarenakan kondisi hormon dan pola pikir yang belum matang.  Mereka kerap menganggap pernikahan sama seperti pacaran. Sehingga, saat ada masalah cenderung berpikir untuk berpisah dibanding menyelesaikan masalah tersebut.

Lebih Rentan Mengalami Kesulitan Ekonomi

Menikah di usia sangat muda rentan mengalami kesulitan ekonomi. Apalagi bila si anak menikah dengan teman yang masih sebaya. Putus sekolah pula karena terpaksa harus menikah. Sehingga, pendidikan setara SMA saja tidak selesai.

Padahal seperti yang kita tahu, dengan tingkat pendidikan yang terbatas, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga (umumnya) akan terbatas.

Alhasil, bila tidak bekerja, atau hanya bekerja serabutan, kebutuhan rumah tangga tidak akan terpenuhi. Ujung-ujungnya konflik (lagi) akibat masalah ekonomi.

Lain hal mungkin ya kalau si anak dinikahkan dengan pria mapan, atau anak dari kalangan keluarga berada hehe.

Lebih Rentan Mengalami Kehamilan Tidak Normal

Organ reproduksi dan sel telur remaja perempuan belum siap untuk kehamilan. Risiko mengalami tekanan darah tinggi hingga kematian lebih besar dibanding perempuan yang sudah matang, atau dewasa.

Lebih Rentan Terkena Kanker Serviks

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dikutip antaranews.com, perempuan yang menikah di usia remaja lebih rentan terkena kanker serviks dibanding yang menikah di atas usia 20 tahun. Hal tersebut dikarenakan kondisi alat reproduksi perempuan yang masih remaja belum matang.

Lebih Rentan Depresi

Pikiran anak-anak remaja umumnya tidak sematang orang dewasa. Alhasil, saat pernikahan mengalami “batu sandungan”, mereka akan cenderung stres dan depresi. Apalagi pengalaman hidup juga masih sangat terbatas, ditambah tidak ada support system yang baik. Wassalam deh!

Oleh karena itu, sebaiknya cegah anak menikah di usia dini.

Masalah ekonomi jangan diselesaikan dengan menikahkan anak. Kalau anaknya betul menikah, langgeng hingga berpuluh tahun, nah kalau hanya beberapa tahun saja?

Kalau anak perempuan cerai, terus ia punya anak, umumnya ia akan kembali ke rumah orang tua sambil membawa anaknya.

Nah, ujung-ujungnya beban orang tua menjadi bertambah kan, tidak hanya harus menghidupi anak, tetapi juga cucu.

Selain itu, mungkin harus lebih perhatian kepada anak dan memberi edukasi sehingga anak terhindar dari pernikahan dini akibat hamil di luar nikah. Kadang anak suka terbawa perasaan romantisme. Apalagi di usia muda yang memang sedang pubertas.

Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *