Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Ini 6 Hal yang Bisa Membuat Bentrok dengan Tetangga

Hidup bertetangga itu susah-susah gampang.

Meski tetangga katanya saudara terdekat, tetap saja suka timbul konflik, baik hanya perselisihan sepele, maupun masalah yang lebih besar.

Ilustrasi konflik dengan tetangga. | Foto dokumentasi thespruce.com/ Nils Hendrik Mueller.

Apa saja sih yang umumnya menjadi konflik antar tetangga? Bagaimana cara menghindarinya?

Menutup Akses Jalan

Hal ini sering sekali menjadi friksi antar tetangga. Beberapa kali kasus seperti ini sempat viral.

Terbaru kasus di Pulogadung, Jakarta Timur. Seorang warga membuat tembok pagar lumayan tinggi di tanah miliknya yang menghalangi akses jalan tetangga sebelah rumah.

Tembok itu dibangun karena ia merasa tidak nyaman dengan ulah si tetangga dan keluarga yang suka parkir sembarangan dan membuat si warga tersebut terkadang kesulitan saat keluar rumah. Belum lagi, katanya, omongan-omongan si tetangga kerap “memerahkan kuping”.

Alhasil, agar hati lebih adem, ia membangun tembok pembatas.

Namun, si tetangga sebelah rumah ternyata tidak terima akses jalannya ditutup, sang tetangga sempat protes dan membuat konten di channel Youtube, meski sekarang videonya sudah dihapus.

Kasus tersebut sempat menjadi perbincangan hangat dan dimediasi oleh banyak tokoh , mulai dari camat, pihak Badan Pertanahan Nasional, hingga Wakil Kepala Polres Jakarta Timur.

Di lingkungan terdekat saya pun pernah ada tetangga yang mengalami konflik seperti ini. Tetangga sebelah rumah marah saat si pemilik rumah membangun tembok pembatas setinggi dada orang dewasa.

Hal tersebut dilakukan karena anak-anak kost yang menyewa kamar di tetangga sebelah kerap keluar masuk lewat pintu pagar si pemilik rumah, termasuk beberapa keluarga si tetangga juga.

Parahnya, setelah mereka numpang lewat mereka tidak pernah mau menutup lagi pintu pagar. Jadi pintu pagar dibiarkan terbuka lebar, termasuk saat malam hari.

Si pemilik rumah mengatakan, jadi nambah pekerjaan untuk menutup pintu pagar.  Kalau dibiarkan terbuka, khawatir juga ada orang jahat yang tiba-tiba masuk ke areal rumah karena pintu pagar tidak ditutup. Apalagi saat malam hari.

Akhirnya ia membuat pagar tembok antara rumahnya dengan rumah si tetangga. Sebelumnya ia hanya memagar bagian depan, belakang dan bagian samping yang satunya lagi. Rumah dia dan si tetangga itu tidak di tembok. Begitu juga dengan rumah si tetangga.

Si tetangga marah si pemilik rumah membangun pagar karena ia dan anak-anak kost jadi tidak bisa lagi memarkirkan motor di areal rumah. Rumah si tetangga itu lebih tinggi dari jalan. Nah, akses jalan masuk ke rumah dia itu hanya berbentuk tangga, tidak dibuat jalan rata untuk motor.

Bagaimana menghindari konflik seperti itu?

Saat membangun rumah, pikirkan akses jalan keluar-masuk dari tanah kita sendiri, baik untuk diri kita maupun kendaraan.

Jangan mengandalkan akses jalan dari tetangga. Sekali-dua kali numpang lewat, oke lah, tetapi kalau sepanjang hayat, bikin gedek juga. Apalagi kalau sudah numpang tidak tahu diri. Makin lah tetangga kesal hehe.

Bangun rumah disesuaikan, jangan mepet-mepet hanya karena ingin rumah lebih luas.

Dulu ada saudara yang cerita, tetangganya ada yang ngamuk-ngamuk ke dia gara-gara dia meninggikan lantai halaman belakang rumah untuk menghindari banjir.

Si tetangga tidak terima karena pas ia buka pintu dapur, pintunya keganjal lantai tersebut sehingga tidak bisa dibuka.

Dengan tidak tahu malunya, si tetangga itu meminta membongkar kembali lantai yang baru ditinggikan.

Duh, padahal yang salah dia, kenapa bangun dapur mepet-mepet ke lahan orang? Kenapa gak pintunya saja yang diubah, jadi masuk ke dalam misalnya, jangan keluar? Atau sekalian saja tidak usah dikasih pintu.

Air Cucuran Atap

Dulu ada teman yang cerita, ia dan keluarga sampai menjual rumah karena berkonflik dengan tetangga sebelah gara-gara air cucuran atap. Air dari cucuran atap rumahnya masuk ke halaman tetangga dan menyebabkan banjir. Si tetangga tidak terima akhirnya mereka bertengkar hebat.

Malas berkonflik, ia dan keluarga akhirnya pindah rumah.

Bagaimana menghindari konflik seperti itu?

Sebenarnya ini masalah yang sepele, tinggal pasang saja talang air. Nah, kalau tidak mau memasang talang air, jangan membangun rumah mepet ke tetangga. Pastikan ada jarak antara atap rumah dengan lahan tetangga. Sehingga, air yang mengucur nantinya masih di areal lahan kita, tidak masuk ke halaman tetangga.

Cuma terkadang masih banyak sih orang-orang yang malas memasang talang air, tetapi membangun rumah mepet-mepet hingga ke lahan tetangga. Terkadang kalau atapnya pakai seng, sengnya masuk ke lahan si tetangga. Alhasil, saat hujan airnya juga masuk ke halaman rumah tetangga.

Dulu saya pernah mengalami ini. Setiap kali hujan deras, halaman samping rumah banjir karena air cucuran atap dari rumah tetangga. Apalagi disamping rumah dibangun pagar tembok, sehingga airnya perlu waktu untuk mengalir.

Menunggu tetangga berinisiatif memasang talang air, tidak juga dilakukan. Akhirnya kami meminta izin memasangkan talang air yang kami beli sendiri di atap rumahnya hehe. Sekarang alhamdulillah tidak banjir lagi.

Sampah

Dulu ada tetangga yang berkonflik gara-gara sampah. Ada tetangga yang suka membuang sampah sisa-sisa menyiangi ikan/seafood ke parit kecil samping rumah. Alasannya, untuk memberi makan kucing liar yang terkadang memang suka melintas.

Nah, tetangga sebelah rumahnya ternyata keberatan. Hal tersebut dikarenakan, sampah-sampah itu mengundang tikus datang. Selain itu, bila sudah siang, kulit-kulit udang, atau sisa-sisa bekas cumi yang terbakar matahari menimblkan bau yang kurang sedap.

Ribut lah jadinya. Walaupun hanya sebatas tidak saling sapa. Tidak sampai harus didamaikan oleh ketua RT/RW.

Bagaimana menghindari konflik seperti itu?

Sampah, sebaiknya memang dibuang ke tempat sampah. Sampah apapun itu, kecuali dibuang di areal pribadi, tidak berbatasan dengan areal orang lain.

Kadang suka ada saja sih orang-orang yang menggap remeh sampah-sampah “kecil” seperti itu.

Ada juga tetangga yang sejak pandemi Covid-19 suka menggunakan tissue untuk mengelap tangannya setelah ia turun dari mobil dan akan masuk ke dalam rumah. Nah, masalahnya, setelah ritual elap-mengelap, tissuenya ia buang begitu saja di samping mobil, tidak dibuang ke tempat sampah yang sebenarnya hanya satu-dua langkah dari tempatnya memarkirkan mobil.

Masalahnya lagi, mobilnya diparkirkan di jalan di depan rumahnya, bukan di garasi. Nah, tissue-tissue itu suka terbawa angin dan terbang kemana-mana.

Dulu saya mengira yang melakukan itu anaknya yang masih SD, ternyata pas saya lihat sendiri, emaknya. Hadeh, hanya bisa geleng-geleng kepala hehe.

Hal lain yang terkait sampah yang sering dikeluhkan, membuang sampah-sampah kecil ke atap rumah. Dulu ada tetangga yang marah ke tetangga sebelahnya karena anak kost yang tinggal di lantai dua kerap membuang sampai ke atap rumahnya dia. Kadang puntung rokok, kadang bekas-bekas makanan kecil.

Meski sepele, sampah-sampah seperti ini berbahaya lho. Dulu ada teman di facebook yang share plafon dapurnya rubuh gara-gara talang airnya mampet karena si tetangga sering membuang sampah-sampah kecil ke atap rumahnya dari lantai dua. Tumpukan sampah yang mengendap di talang air menyebabkan air merembes ke plafon.

Entah dia minta ganti rugi atau tidak.

Asap Pembakaran

Ini juga bisa menjadi pemicu konflik antar tetangga. Banyak yang share di media sosial mengenai ketidaknyamanannya memiliki tetangga yang hobi bakar-membakar dan menghasilkan asap pekat hehe.

Dulu saya juga punya tetangga yang seperti ini. Mereka tinggal persis di sebelah rumah. Mereka ini usaha bikin kemplang. Katanya, biar kemplangnya lebih enak dan wangi harus dibakar.

Nah, masalahnya, mereka itu hampir setiap hari, nyaris dari pagi hingga malam, membakar kemplang. Asapnya pekat, masuk ke dalam rumah.

Saking tidak nyamannya, saya dan suami sempat menegur mereka baik-baik. Tolong dibatasi membakar kemplangnya. Atau diakali gitu biar asapnya tidak ke arah rumah kami. Ini seperti sengaja, asapnya diarahkan ke rumah kami, rumah dia tidak kena.

Namun, bukannya menerima masukan malah nyolot.

Kami sempat mau melaporkan ke ketua RT/RW, atau ke si pemilik rumah, kebetulan mereka memang mengontrak. Namun, malas ribut.

Akhirnya sebelah rumah kami tembok tinggi hingga melampaui atap rumah, tadinya hanya tembok setinggi pinggang, jadi kalaupun dia bakar membakar asapnya balik ke rumah dia.

Tidak lama mereka pindah kontrakan. Mungkin tidak kuat juga dengan asapnya yang pekat yang mental tembok dan ujung-ujungnya bergulung-gulung di rumah dia hehe.

Suara Musik yang Terlampau Keras

Dari zaman dulu hingga sekarang, musik yang diputar terlalu keras terkadang membuat masalah dengan tetangga. Ada memang tetangga yang suka menyetel musik keras-keras. Entah apa maksudnya. Pamer sound system? Atau kalau didengarkan semakin keras, lagunya jadi terdengar lebih enak?

Dulu sewaktu masih tinggal di Bogor, ada tetangga yang berantem gara-gara musik yang disetel keras-keras.

Si tetangga menegur, eh yang ditegur tidak terima. Akhirnya “perang dingin” selama bertahun-tahun. Si tetangga yang satu bahkan sampai pindah RT, kebetulan rumahnya memang berbatasan dengan RT sebelah.

Bagaimana menghindari konflik seperti itu?

Sebaiknya mendengarkan musik dengan volume secukupnya saja, jangan terlalu keras. Kita tidak tahu tetangga sekitar kondisinya bagaimana. Mungkin sedang sakit sehingga memerlukan suasana yang tenang, atau sedang menerima telepon, melakukan meeting virtual, dan lainnya.

Beberapa waktu lalu saya pernah diajak mengisi acara salah satu televisi nasional secara online. Waktu itu saya berdoa semoga si tetangga yang berjarak beberapa rumah sedang insyaf tidak memutar lagu keras-keras.

Tapping untuk acara televisi dengan suara musik yang begitu keras tentu sangat mengganggu. Untung saat itu doa saya dikabulkan, dia rehat sejenak dari hobinya memutar musik keras-keras hehe.

Kalau mau mendengarkan musik keras-keras diluar batas wajar seharusnya modal. Bikin ruangan yang kedap suara. Mau sekencang apapun, tidak akan ada tetangga yang protes.

Parkir

Ini juga terkadang menjadi pemicu konflik dengan tetangga.

Dulu ada teman yang cerita ia kerap ribut dengan tetangga gara-gara masalah parkir mobil. Tetangganya sering sekali parkir mobil di depan rumah dan menghalangi pagar. Sehingga, saat ia akan keluar rumah dengan menggunakan kendaraan tidak bisa.

Parahnya, setelah diberitahu dengan mendatangi rumahnya pun mobilnya tidak buru-buru dipindahkan. Si tetangga memang memiliki mobil lebih dari satu, sehingga tidak semuanya bisa diparkirkan di carport halaman rumah.

Bagaimana menghindari konflik seperti itu?

Kalau pun tidak memungkinkan parkir di garasi rumah, setidaknya upayakan bila parkir di pinggir jalan atau tempat umum lain tidak menghalangi kendaraan lain yang akan lewat.

Jangan di depan pintu pagar rumah orang!

Selain itu, harus tanggap situasi. Bila tempat kita biasa parkir tidak memungkinkan untuk menumpang parkir kendaraan jangan memaksakan diri. Cari tempat parkir lain.

Dulu pernah ada anak kost tetangga yang suka menumpang parkir di depan rumah karena di kostannya tidak tersedia tempat parkir. Sebenarnya tidak masalah sih. Namun, menjadi masalah saat kami merenovasi rumah. Waktu itu di depan rumah disimpan beragam bahan untuk merenovasi rumah seperti pasir, batu bata, dan lain-lain.

Waktu itu, si anak kost itu sempat diminta baik-baik untuk memindahkan motornya. Jangan parkir di situ dulu deh, cari tempat lain. Namun, tidak juga dilakukan. Mungkin dia merasa, masih bisa lah nyempil-nyempil nitip motornya.

Nah, masalahnya setelah tukang bangunan datang pun, dia masih memarkirkan motornya disana. Mengganggu banget saat mereka kerja.

Akhirnya, efek kesal, di motornya ditaro batu bata sebanyak dua biji. Ditumpuk di atas jok.

Eh, dia marah, terus kayaknya lapor ke pemilik kostnya, pemilik kostnya ikut marah. Tapi biarin aja akhirnya baik lagi sendiri hehe.

Banyak memang lika liku cerita bertetangga. Ada yang mau menambahkan ceritanya? Bisa di ditulis di kolom komentar. Salam! (*)

16 comments on “Ini 6 Hal yang Bisa Membuat Bentrok dengan Tetangga

  1. Semakin kesini semakin sering mendengar berita-berita yang seperti ini.
    Terkadang justru pelaku lebih galak daripada korban
    Saya hanya bisa bersyukur, karena mempunyai tetangga yang saling bertoleransi dan lebih memilih jalan kekeluargaan setiap ada permasalahan antar tetangga

  2. Wah iya…keenam hal ini bisa bikin bentrok dengan tetangga. Yang terparah pernah saya alami, tetangga menutup akses jalan cluster perumahan saya. Ada 10 rumah ditutup akses jalan utamanya karena ada masalah pengembang dengan warga perumahan lama. Saya dan penghuni lain berjuang karena pengembang lepas tangan, hingga hampir 2 tahun agar akses dibuka. Sampai ke tingkat Komisi Ombudsman, dan Alhamdulillah dibukalah akses oleh sekelompok warga yang menutupnya. Kejadiannya 2007-2009

  3. Tidak terasa saya membaca konflik” ini sampai selesai satu persatu.. Karena memang banyak sekali kejadian khususnya konflik tetangga ini.. Salah satunya parkir mobil.. Banhak sekali yg sudah punya mobil, tp ternyata tidak punya lahan parkir untuk mobil.. Kan jd mengganggu org sekitarnya jg ya mba..

  4. Relate banget dengan kehidupan nyata. Waktu tinggal di Semarang aku bisa lihat bagaimana mereka berkomunikasi apabila ada yg kurang pas. Beda dengan di desa serba nggak enakan dan akhirnya cuma dipendam aja padahal bermasalah.

  5. Komunikasi yang baik kadang gak mempan kalau dari berbagai pihak pada nyolot ya, Mbak. Maunya menang sendiri kan bikin gemeeez!

    Padahal kalau dikomunikasikan baik² enak jadinya, tetangga itu ibarat saudara dekat beda orang tua aja. Kalau ada masalah apa² kan minta tolongnya ke tetangga dekat dulu kan ya….

  6. Tentanggamu bisa jadi kawanmu bisa jadi lawan. Masya Allah ya Islam mengajarkan kepada kita adab berbuat baik dengan tetangga. Bahkan sampai-sampai tetangga itu bisa disamakan dengan saudara dekat karena dialah yang lebih dahulu membantu kita disaat kita dalam kesusahan. Tulisannya sangat bermanfaat sekali jadi kita bisa menghindari pemicu bentrok dengan tetangga

  7. kemarin sempat “jengkel” dengan tetangga sebelah yang punya kucing, qodarulloh si kucing pupup dan pee di rumah kami setiap paginya, tapi alhamdulillah si tetangga sepertinya paham, sekarang sudah tidak pernah lagi

  8. seni bertetangga itu menarik, tetapi jika kedua belah pihak saling memahami dan menggunakan empati tentunya akan meminimalisir keributan. tetangga adalah saudar dekat, jika terjadi apa-apa di rumah, orang yang pertama kali menolong adalah tetangga
    sempat juga sih kesel sama tetangga yang kalau parkir mobil suka ga tahu diri, ya akhirnya sayapun hanya menegur seperlunya saja saat mau mengeluarkan mobil, kadang juga ga sampai menegur karena beliaunya tahu bahwa kami mau mengeluarkan mobil

  9. Haha iya
    Hidup bertetangga itu memang penuh drama ya mbak
    Apa ya g ditulis disini, beberapa aku alami
    Makasih sudah berbagi tips untuk mengatasinya juga

  10. Seru memang ya mbak hidup bertetangga itu. Sedangkan kita saat beli rumah kadang belum tahu seperti apa sifat tetangga kita. Saya juga kemarin habis berkonflik dengan tetangga nih. Gara2nya, rumah dia dijadikan guest house. Tanpa izin kanan kiri depan belakang. Padahal ini lingkungan perumahan. Risih rasanya melihat orang gonta ganti datang, rombongan. Aanak-anak yang biasa main di depan rumah juga sering saya suruh masuk karena banyak orang tak dikenal. Takut aja jadinya…sangat tidak nyaman deh. huhuhu

  11. Memang kadang ada aja ya konflik dengan tetangga itu Mba. Sampai pintu pagar rumah saya aja dikomplain tetangga karena berisi katanya. Padahal sebenarnya dia juga ada keluhan sih yang saya belum ungkapin selama jadi tetangganya.

  12. Aku pernah ada di posisi yang punya mobil tapi gak punya parkiran begini.. Jadi nitip di lapangan. Masalah lain adalah lapangan itu milik perumahan dosen ITB yang mana aku gak tinggal di perumahan tersebut, meski mengaku ada pungli setiap bulan yang harus kami bayar, tapi tetap membuat “tetangga” ini merasa tidak nyaman.

    Jadi mulai menjadikan pelajaran bahwa kalau punya barang apapun, pastikan juga “rumah” nya agar tidak merugikan orang lain. Selain bisa berakibat kebencian dan permusuhan, juga ada doa yang terlanjur keluar dari bibir orang-orang terzolimi yang bisa jadi menghambat hidup kita.

    Huhu…..bener-bener pelajaran banget, kak.

  13. Macam-macam konflik dengan tetangga ya, Mba. Saya juga pernah dapat omelan tetangga gara-gara kucing anak saya ngacak-ngacak tanamannya. Eh, beberapa hari berikutnya tanaman tetangga saya kena angin ribut terus tumbang semua deh. Hoho..

    Setiap masalah memang pasti ada solusinya ya, insha Allah kalo bertetangga bisa diselesaikan dengan baik-baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *