Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Agar Tidak Merasa Kesepian di Hari Tua, Cobalah Mulai Menulis

Saat usia beranjak senja, rasa sepi umumnya mulai menyapa. Terlebih bila tubuh sudah mulai ringkih, tidak leluasa lagi bepergian keluar rumah terlampau lama atau terlalu jauh. Teman-teman akrab yang dulu biasa ber-haha-hihi pun kini sibuk dengan urusan sendiri. Atau malah sudah lebih dulu dipanggil yang kuasa karena faktor usia.

Lansia. | Gambar diambil dari tayk.wordpress.com

Saat saya mengobrol dengan beberapa orang tua yang sudah sepuh, hal pertama yang biasanya mereka keluhkan adalah rasa sepi. Bosan. Apalagi bila mereka dulunya adalah pribadi yang cukup aktif, suka bersosialisasi, doyan jalan-jalan, hobi mengobrol dan berbagi cerita.

Lansia Umumnya Hobi Bercerita

Para lanjut usia umumnya hobi bercerita. Mereka kerap menceritakan hal-hal berkesan yang mereka alami di masa lalu. Ceritanya tidak hanya sekali-dua kali, tetapi berulang. Setiap ada kesempatan. Mereka biasanya bercerita dengan penuh semangat, seolah baru pertama kali diceritakan.

Sayangnya, tidak semua lansia memiliki teman mengobrol yang mau mendengarkan segala ceritanya dengan sabar dan antusias. Terkadang ada lansia yang tinggal sendirian di rumah. Kalau mau mengobrol dan berbagi cerita, harus menunggu seseorang berkunjung, atau menelepon.

Ada juga yang tinggal bersama anak-cucu atau kerabat, tetapi sayangnya para anggota keluarga sibuk dengan kepentingan mereka sendiri. Bukan, bukan cuek, tetapi waktu yang dihabiskan tidak sebanyak yang diharapkan oleh si lansia. Atau para anggota keluarga tidak cukup sabar mendengarkan dan merespon cerita berulang yang disampaikan sang lansia.

Alhasil, mereka merasa kesepian. Merasa tidak ada teman mengobrol yang klop. Padahal berdasarkan penelitian dari Brigham Young University, Amerika Serikat, rasa kesepian bisa menurunkan kualitas kesehatan seseorang. Rasa kesepian bisa mempercepat kematian dan menurunkan harapan hidup.

Nah, mumpung kita belum memasuki usia lansia, ada baiknya mulai membiasakan menulis. Menceritakan apa saja, selama bukan tulisan yang memprovokasi pada keburukan. Hal-hal kecil yang mungkin menurut kita sederhana, tetapi bagi sebagian orang justru bermanfaat. Apalagi seiring usia yang terus bertambah, pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki umumnya juga bertambah.

Kita bisa menceritakan buku favorit yang pernah kita baca, tempat wisata yang pernah dikunjungi, impian masa kecil yang sudah terwujud, atau masalah-masalah yang pernah kita hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

Tahu tidak sih enaknya bercerita melalui tulisan? Kita bisa bercerita apa saja tanpa khawatir cerita kita disela, dipotong oleh orang lain yang tidak tahan juga ingin bercerita. Pernah kan curhat apa gitu sama teman, eh belum selesai kita mengeluarkan “keluh-kesah” teman kita itu malah curhat balik? Malah lebih panjang, lebih lama.

Bercerita melalui tulisan tidak akan kejadian seperti itu. Paling kalau tulisan kita kurang menarik di-“skip”. Namun, kita kan tidak tahu. Dan, yang paling penting kita bisa tetap tuntas bercerita. Bonusnya, kalau tulisan kita sampai ke orang yang tepat, mungkin malah akan menginspirasi.

Itu makanya memang ada baiknya menulis di media-media kepenulisan yang dapat diakses oleh umum, misalnya blog –gratis atau berbayar, media sosial, atau kalau memungkinkan di media-media utama.

Saat kita rutin menulis, biasanya ada interaksi dengan pembaca atau malah sesama penulis. Sehingga, jadi malah menambah teman kan?

Rasa kesepian akan minggat jauh-jauh.

Lansia Umumnya Tetap Ingin Menyibukan Diri

Berdasarkan pengamatan dari beberapa lansia yang berada di lingkaran terdekat, para orang tua yang sudah sepuh ini umumnya masih ingin menyibukan diri. Mereka tidak tahan hanya duduk-duduk manis sambil menonton televisi, atau berbaring antai di tempat tidur tanpa melakukan apapun.

Namun, sayangnya, tidak semua lansia diberkahi badan yang masih bugar. Banyak lansia yang terlihat sehat tetapi tidak bisa melakukan aktivitas dengan leluasa. Misalnya kakinya sudah mulai terasa sakit bila terlalu banyak beraktivitas, atau punggungnya yang sudah terasa tidak nyaman. Sehingga, mereka harus lebih banyak di rumah, melakukan aktivitas secara terbatas.

Nah, dengan menulis, kita bisa tetap sibuk, produktif tetapi aktivitas secara fisik bisa tetap terkontrol. Menulis tidak begitu menguras tenaga, terlebih bila yang ditulis adalah hal-hal ringan yang kita sukai. Bukannya terbebani, kita malah akan merasa senang. Bahagia. Belum lansia saja saya sudah seperti itu setiap kali selesai menulis yang saya sukai.

Saat fisik masih kuat, hobi berkebun, travelling, memasak, berolahraga, atau hobi-hobi lain yang mengandalkan ketangkasan tubuh, tidak masalah. Namun, saat tubuh mulai ringkih, akan sulit menyalurkan hobi-hobi seperti itu. Menulis bisa jadi pilihan. Tinggal duduk di teras tak-ketak-ketik, atau sambil berbaring di atas kasur.

Bisa Meningkatkan Daya Ingat

Saat usia beranjak senja, daya ingat biasanya menurun. Tidak sedikit yang malah mengalami demensia atau alzheimer. Nah, dengan menulis secara rutin sejak usia muda, kita bisa menekan risiko pikun.

Pikun berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak. Penderita pikun biasanya mengalami penyusutan daya ingat, kemampuan berpikir, kesulitan memahami sesuatu, hingga menurunnya kecerdasan mental.

Nah, dengan rutin menulis kita bisa membantu otak lebih sehat. Berdasarkan sebuah studi yang dimuat dalam jurnal American Academy Neurology, kegiatan menulis dapat melibatkan peran otak dan membantu seseorang terhindar dari gangguan memori.

Apalagi menulis juga bisa mengurangi tingkat stres karena bisa membantu menyalurkan emosi dengan baik melalui tulisan.

Stres yang tidak tersalurkan dengan baik dapat menghabiskan energi yang diperlukan otak untuk membantuk daya ingat dan berpikir.

Sehingga, saat stress terkelola dengan baik akan berdampak pada kemampuan daya ingat dan kemampuan berpikir yang juga lebih baik.

Jadi, kapan mau mulai menulis? Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *