Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

[Cerita Mini] Leila & Keira

Ilustrasi diambil dari femina.co.id

 “Gunting-gunting kertas lagi? Nempel-nempel gambar lagi?” raung Leila. “Lihat! Lemnya lengket ke lantai.”

“Maaf,” bisik Kei. Bocah berusia tujuh tahun itu lalu menarik bagian bawah kemeja yang sedang ia pakai. Setelah itu, menggosok-gosokan kemeja tersebut ke lantai yang terkena lem.

“Keira!” mata Leila membeliak.

*

“Uang jajan Kei hilang,” ucap Kei lirih saat bertemu Leila di depan gerbang sekolah beberapa menit usai bel pulang.

“Kok bisa?”

 “Tadi terjatuh sewaktu Kei menuju kelas.”

“Uang jajannya kan diselipkan di kaus kaki, kok bisa jatuh?”

“Tadi waktu sampai di sekolah Kei pindahkan uangnya ke kocek baju.”

“Keira! Kenapa susah banget ya ikutin kata Ibu?!” Lagi-lagi mata Leila membeliak.

*

“Anak Ibu sebenarnya pintar, tetapi kurang teliti. Sehingga, ada nilai yang kurang maksimal,” ujar wali kelas Kei saat pembagian rapor. “Ada beberapa soal yang terlewat tidak diisi, padahal saya tahu betul Kei pasti bisa menjawab soal-soal tersebut.”

Saat sang guru menjelaskan, Kei menatap Leila dengan pucat. Ia tahu pasti, sampai rumah sang ibu akan meraung-raung lagi. Berkata dengan suara tinggi, kalau Kei seharusnya membaca soal ujian berkali-kali sebelum lembar jawaban dikumpulkan.

*

“Maafkan Ibu, Kei,” ucap Leila sambil memandangi Keira yang sedang tertidur lelap. Rentetan kejadian tersebut kembali berputar di benak Leila. Masih terbayang dengan jelas, bagimana matanya membeliak, suaranya meninggi beberapa oktaf, dan bagaimana Kei terlihat pucat dan gemetar karena takut.

Leila menyesal. Ia seharusnya lebih banyak bersyukur, bukan menuntut. Ia semestinya berbahagia dikaruniai gadis mungil yang terkadang keras kepala itu. Gadis cilik yang sangat mirip dirinya sewaktu kecil. Ingin menjadi ibu yang sempurna, nyaris membuat ia lupa untuk berbahagia. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *