Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Sang Menantu (2)


Ilustrasi diambil dari steemet.com

Aroma pewangi pakaian menyeruak ke dalam hidung saat aku duduk di teras samping rumah. Meski tak melihat langsung, aku tahu saat ini Yuni pasti sedang berjibaku dengan setumpuk pakaian bersih yang baru dicuci. Saat ini ia pasti sedang sibuk memasangkan hanger ke pakaian-pakaian bersih yang baru dicuci untuk dijemur di halaman belakang rumah.

Biasanya aku ikut membantu menjemurkan pakaian. Meski Yuni melarang, aku selalu mengatakan aku bosan hanya duduk-duduk manis, sementara Yuni sangat sibuk mengerjakan aneka pekerjaan rumah. Namun, semenjak mendengar perkataan “miring” mengenai keluarga Yuni, aku sedikit menarik diri. Sedikit menjauh dari Yuni.

Itu makanya hampir seminggu ini, setiap pagi aku hanya duduk-duduk di teras samping rumah. Tak lagi membantu Yuni mengerjakan pekerjaan rumah. Aku mengamati aktivitas pagi para tetangga yang berlalu-lalang di jalan depan rumah. Ada yang pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau pun hanya ke warung terdekat.

“Ayo rebahan, Bu. Ini bantalnya sudah Yuni ambilkan.”

Tiba-tiba Yuni sudah berada di depanku. Ia mencoba membantuku merebahkan badan di sofa yang sedari tadi aku duduki. Efek perut yang lumayan kenyang sehabis sarapan, ditambah angin yang berembus semilir, aku rupanya sempat ketiduran selama beberapa waktu.

“Ibu pindah rebahan di kamar saja, Yun,” tolakku sambil beranjak.

Saat aku terbangun, matahari sudah mulai memanggang hari. Aku bergegas ke kamar mandi. Aku lupa belum melaksanakan salat duha. Saat melintasi dapur, aku melihat Yuni yang sedang sibuk memasak. Ia sepertinya sedang sibuk menyiapkan aneka makanan untuk makan siang, sekaligus untuk makan malam nanti.

Meski enggan, aku melemparkan senyum saat mata kami bersirobok. Entahlah, sedikit sulit memasang muka datar pada menantuku ini. Saat Yuni tersenyum dan menatapku, aku tak bisa mengabaikannya. Entah mengapa, secara otomatis bibir ini ikut membentuk lengkungan meski tidak terlalu lebar.’

“Ibu maaf, tadi Yuni tidak sempat tanya dulu ke Ibu mau dimasakan apa. Yuni langsung masak ikan mujair goreng saja. Ini ikannya masih Yuni goreng. Tidak apa-apa kan?” ucapnya saat kami berpapasan usai aku keluar dari kamar mandi.

“Iya, Yun, tidak apa-apa,” jawabku singkat.

“Kalau sayurnya mau dibuatkan sayur apa, Bu,? Kebetulan belum Yuni siapkan.”

“Disesuaikan saja dengan bahan-bahan yang ada di kulkas, Yun.”

“Baik kalau begitu.”

Usai melaksanakan salat duha aku kembali berbaring sambil menunggu waktu salat dzuhur. Lagi-lagi aku memilih menghabiskan waktu di dalam kamar dibanding membantu Yuni memasak untuk makan siang dan makan malam kami. Padahal sebelumnya, aku dan Yuni selalu kompak berjibaku di dapur.

Terlebih memasak untuk makan siang dan makan malam biasanya lumayan banyak. Keluargaku terbiasa makan dengan menu lengkap. Lauk utama, lauk tambahan, olahan sayur,  sambal, dan kerupuk. Tidak bisa hanya satu jenis makanan. Itu makanya, untuk menghemat waktu kami biasanya memasak makan siang sekaligus makan malam. Hanya saja masakan untuk makan malam biasanya hanya dimasak setengah matang dulu, saat akan disantap, baru diolah sempurna.

Dulu sebelum Dani menikah dengan Yuni, aku dibantu oleh seorang asisten rumah tangga. Namun, ART tersebut kemudian aku berhentikan. Bukan, bukan karena aku ingin mengeksploitasi Yuni dengan gunungan pekerjaan rumah tangga, tetapi karena aku merasa tidak membutuhkan ART lagi semenjak ada Yuni.

Aku tipikal orang yang hobi mengerjakan pekerjaan rumah. Aku tidak terlalu suka berpangku tangan. Saat ada ART di rumah, aku pun sering membantu membersihkan areal rumah. Terkadang membersihkan taman yang berada di depan rumah, terkadang menggosok aneka perabotan.

Namun, aku tak bisa diam di rumah sendirian. Rasanya aneh hilir-mudik di rumah sendirian. Selain itu, khawatir ada apa-apa. Bila ada orang lain di rumah setidaknya ada yang bisa diandalkan. Ada yang bisa dimintai tolong saat diperlukan. (bersambung/cucum suminar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *