Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Si Anak Kucing Menjengkelkan yang Menyelamatkan Nyawa

Sumber Gambar: id.lovepink.com

Saya bukan pecinta kucing. Namun, beberapa waktu lalu ada seekor kucing yang ditelantarkan induknya. Ia ditinggalkan begitu saja di belakang rumah. Efek kasihan, secara berkala saya beri makan. Akhirnya ia tumbuh menjadi seekor kucing (perempuan) dewasa. Sepanjang hidup, kucing tersebut tidak pernah pergi kemana pun. Ia hanya menghabiskan waktu di halaman belakang rumah.

Hingga suatu hari, sang ibu kucing kembali. Bukan, bukan menengok anaknya yang sudah dewasa, tetapi mau mengambil alih halaman belakang untuk membesarkan anak-anaknya yang lain yang baru dilahirkan. Akhirnya kucing yang biasa saya beri makan itu pergi, entah kemana. Sesekali dia datang tetapi setelah itu pergi lagi.

Si ibu kucing dan anak-anaknya yang masih kecil ternyata tidak lama menetap di halaman belakang rumah. Setelah beberapa hari, pindah. Entah kemana. Namun, kucing putih-hitam yang biasa saya beri makan tetap tidak mau lagi menetap di halaman belakang rumah. Ia hanya datang sesekali. Biasanya minta makan, setelah kenyang pergi lagi.

Sampai suatu pagi, saat saya membuka pintu belakang, kaget. Tiba-tiba ada empat anak kucing yang “menumpang” tidur di halaman belakang. Kucing putih-hitam itu ternyata kembali. Tak sendiri, ia juga memboyong anak-anaknya yang baru lahir.

Awalnya saya biasa saja dengan kucing-kucing itu. Mereka tiduran di bawah kursi yang agak jauh dari pintu dapur. Saya pikir biarkan saja. Toh mereka tidak mengganggu. Nanti kalau ada makanan sisa baru dikasih. Biasanya makanan-makanan itu saya lempar begitu saja, atau diberi wadah yang ditempatkan sedikit jauh dari tempat kucing-kucing itu bergerombol.

Namun, kucing itu ternyata suka SKSD. Setelah beberapa hari diberi makanan dan susu, mereka jadi berani. Entah kucing mana yang memulai, mereka jadi berdiri di depan pintu dapur. Setiap saya keluar, mereka langsung mengerubung. Jujur, agak menyeramkan. Saya tidak bisa terlalu dekat dengan kucing. Takut.

Selain itu, setelah beberapa hari tinggal di halaman belakang, si ibu kucing membawa (maaf) bangkai tikus mati. Entah dapat dari mana. Si kucing putih-hitam itu tiba-tiba muncul dari balik pagar sambil mengigit bangkai tikus. Bangkai itu sepertinya mau ia makan, atau diberikan ke anak-anaknya. Hadeeh, padahal secara rutin saya kasih makan.

Alhasil, saya yang tadinya asik-asik saja dengan kucing-kucing itu, jadi merasa terganggu. Saya sampai googling cara mengusir kucing secara halus. Salah satu caranya, katanya, dengan menaburkan lada halus atau bubuk cabai di areal yang biasa kucing tinggal atau lewat.

Saya sudah mau menjalankan tips tersebut, tetapi ternyata di dapur tidak ada lada maupun cabai halus. Mau segera membeli ke supermarket terdekat belum memungkinkan (baca: malas perginya hehe). Akhirnya saya pasrah membiarkan kucing-kucing itu di halaman belakang untuk sementara.

Anak Kucing Si Penyelamat

Pagi itu, seperti biasa saya mencuci piring bekas sarapan. Empat anak kucing saya lihat saling berkejaran, sesekali satu dari empat anak kucing itu menggaruk-garukan kukunya ke kaki kursi. Sementara sang induk tidak terlihat, entah pergi kemana.

Sewaktu saya sedang sibuk mencuci piring, tiba-tiba salah satu anak kucing mengeong keras, saat saya lihat, kakinya sepertinya tersangkut tiang jemuran baju yang terbuat dari almunium. Refleks saya menuju kucing tersebut, berniat membantu mengangkat tiang jemuran. Namun saat memegang tiang jemuran tersebut, saya merasa tersetrum. Ada aliran listrik lumayan tinggi. Apalagi tangan saya juga basah, jadi aliran listriknya terasa sangat lumayan.

Bingung, ada aliran listrik dari mana. Sempat terpikir, apa saya seperti ayahnya Elektra di Novel Pentalogi Supernova Dee Lestari yang memiliki aliran listrik lumayan tinggi di dalam tubuhnya. Sebab, saya sudah beberapa kali tersengat aliran listrik lumayan tinggi juga dan alhamdulillahnya selamat.

Sempat juga kepikiran, apa kucing yang sedang panik/marah/kalut dengan bunyi meow melengking tinggi bisa mengeluarkan aliran listrik tegangan tinggi. Yup, seperti di film kartun Tom and Jerry, atau sejenisnya hehe.

Namun, setelah di cek oleh suami, aliran listrik tersebut ternyata berasal dari kompresor pengatur suhu ruangan. Ac di salah satu kamar memang korset sudah lama. Kompresornya diletakan di belakang rumah. Colokannya tidak dicabut, hanya dimatikan saja sakelarnya. Di-offkan. Namun, ternyata jadinya masih ada aliran listrik yang mengalir. Apalagi jemuran tersebut ternyata menempel ke besi penyangga kompresor ac, sehingga aliran listrik mengalir dari sana.

Saya agak merinding mengetahui hal tersebut. Pasalnya saya setiap hari bolak-balik melewati jemuran tersebut. Anak saya yang kedua yang masih balita, terkadang suka memegang-megang kaki jemuran saat ke halaman belakang.

Jemuran tersebut memang jarang digunakan. Kami bisanya menggunakan jemuran kayu yang ditempelkan di atap rumah. Namun, jemuran dari almunium tersebut kami simpan persis di bawah jemuran kayu yang seminggu dua kali kami gunakan. Apalagi beberapa waktu lalu saya sempat jatuh menimpa jemuran almunium itu saat menjemur baju di jemuran kayu. Parahnya waktu itu saya sedang menggendong anak kedua saya. Untung waktu itu tidak nyetrum. Apa jadinya kalau menyetrum?

Hal yang membuat saya semakin merinding, anak kucing itu mati. Ia bisa membesakan diri dari kaki jemuran itu, tetapi setelah beberapa langkah nyawanya melayang. Entah karena terlalu lama tersetrum, entah dia kena kaki jemuran yang satunya lagi sehingga badannya sudah tidak kuat lagi dan akhirnya mati.

Sampai sekarang saya masih kepikiran, kalau anak kucing itu tidak tersetrum dan mati, jangan-jangan saya atau anggota keluarga yang lain yang celaka? Sebab, benar-benar tidak tahu kalau jemuran itu mengalirkan listrik. Alhamdulillah masih dilindungi. Meski sudah berlalu beberapa hari, sempat kepikiran juga sama anak kucing yang mati itu. Kasihan.

Sejak satu anak kucing itu mati karena kesetrum, dua anak kucing yang lain pergi entah kemana. Mungkin trauma melihat saudaranya meregang nyawa. Sekarang sisa satu anak kucing. Itu pun kerjaannya tiduran di kursi. Saya kasih makan apapun tidak mau. Paling dia sedikit ceria kalau ibunya muncul sesekali.

Jujur saya tidak menyangka. Polah anak-anak kucing yang awalnya membuat saya jengkel, justru menyelamatkan nyawa saya. Kalau tidak ada anak-anak kucing itu, kalau mereka tidak lari-lari, tidak SKSD, bisa jadi saya yang kesetrum. Masih merinding! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *