Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Balada Memilih Sepeda Motor

Akhir 2016 lalu, saat motor matic lama saya sudah tidak layak lagi digunakan, suami berencana membelikan saya sepeda motor. Namun, karena sering barang-barang yang ia belikan tidak saya pakai akibat kurang sreg, kali ini suami membebaskan saya memilih sendiri motor yang ingin dibeli.

Pilih-pilih motor. | Dokumentasi Pribadi

Saat saya tanya berapa budget yang disediakan, suami tidak menjawab pasti. Ia hanya bilang boleh motor apa saja selama digunakan. Kemudian saya tanya, boleh membeli si motor matic bongsor yang saat itu sedang naik daun, N Max? Suami bilang boleh.

Wkkk namanya mak-emak, dikasih kesempatan pilih sendiri, cari yang rada mahal dong. Versi yang lebih bagus dibanding motor sebelumnya yang saya punya hehe.

Survei ke Dealer

Sebelum memutuskan motor mana yang akan dibeli, saya dan suami survei ke beberapa dealer. Melihat dan mencoba motor yang ingin dibeli. Mana yang cocok, baik dari segi harga, model, maupun kenyamanan dari motor tersebut.

Sebenarnya ingin beli yang ini. | Dokumentasi Pribadi

Apalagi saya termasuk tipikal orang yang kalau mau membeli sesuatu haru dicek dulu, pilih beberapa, biar nanti setelah dibeli tidak menyesal. Apalagi ini motor, harganya lumayan kalau untuk keluarga kecil kami. Kalau tidak cocok, tidak bisa disisihkan begitu saja dan beli yang baru.

Pertimbangkan Kemampuan Diri

Saat melihat motor Yamaha N Max, saya langsung naksir sebenarnya. Bentuk motornya lumayan besar, keren kan, gagah. Namun, setelah saya coba kendarai, saya rasanya tidak sanggup. Terlalu besar untuk saya. Khawatir saya tidak bisa “mengendalikannya” saat di jalan raya.

Tidak begitu cocok dengan N Max karena postur tubuh, saya beralih ke Honda Vario. Body motornya lebih besar dibanding motor matic lain kan? Saya memang ingin membeli motor dengan badan motor yang agak besar. Ingin terlihat lebih gagah gitu, weweg kalau Bahasa Sunda.

Namun lagi-lagi saya urung membeli motor ini. Menurut saya motornya agak sedikit tinggi untuk ukuran badan saya yang cenderung pendek. Jadi saat harus menapak tanah, harus usaha lebih ekstra. Apalagi lima tahun lalu postur tubuh saya masih tergolong kurus. Kalah body sama si motor.

Belajar dari Pengalaman

Saya pernah beberapa kali jatuh dari motor. Meski lukanya tidak begitu parah, cukup membuat saya lebih berhati-hati saat berkendara di jalan. Takut.

Jatuh di aspal itu lumayan lho, bikin kulit perih dan badan sakit.

Itu makanya saat memilih sepeda motor, saya pilih yang tetap saya bisa kendalikan dalam kondisi apapun.

Akhirnya pilih motor ini. | Dokumentasi pribadi

Dulu saat jatuh dari motor karena menabrak kendaraan lain, saya merasa itu karena saya tidak bisa mengedalikan si motor. Pertama karena waktu itu saya membawa kendaraan dengan sedikit kencang, kedua saat itu keahlian saya membawa motor memang juga belum selancar seperti saat ini.

Meski sekarang tidak pernah lagi ngebut, membawa motornya juga lebih lancar karena sudah lebih terbiasa, saya tetap memilih berhati-hati dengan memilih motor yang sesuai dengan badan dan kemampuan saya mengendarainya. Jangan sampai motor tersebut terlalu berat atau terlalu tinggi.

Kita tidak pernah bisa mamperediksi kejadian apa yang akan terjadi di jalan. Tok, tok, tok, sih ya! Amit-amit jangan sampai terjadi apa-apa.

Namun, kalau dalam keadaan normal saja kita sulit mengendalikan si motor, bagaimana mengendalikannya saat dalam keadaan sulit dan panik.

Akhirnya saya membeli motor matic biasa. Pilihan saya akhirnya jatuh ke Yamaha Fino.

Kenapa Fino? Suka designya yang rada retro. Selain itu, motornya tidak terlalu tinggi dan berat.

Selain itu, motor matic yang saya miliki sebelumnya juga sudah Yamaha, jadi mungkin refleks pilih motor yang dari Yamaha lagi hehe.

Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *