Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Menjadi Perempuan Berdaya Bersama IIDN

Apa hal paling ditakutkan perempuan bekerja saat memutuskan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu? Umumnya adalah khawatir tidak berdaya. Jeri tidak dapat berdiri di atas kaki sendiri. Takut terlalu tergantung kepada suami, terutama dalam hal finansial.

Saya dan si bungsu. | Dokumentasi Pribadi

Itu juga yang menghantui saya beberapa tahun lalu saat memutuskan menjadi full time mom. Saking takutnya menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, usai resign menjadi karyawan di salah satu perusahaan multinasional, saya memutuskan menjadi pengajar paruh waktu di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Waktu itu saya berpikir, itu merupakan jalan tengah. Saya tetap bisa berpenghasilan, masih terhubung dengan dunia luar, tetapi waktu untuk anak jauh lebih banyak dibanding saat saya bekerja penuh waktu sebagai karyawan.

Beberapa mahasiswa yang pernah saya ajar. | Dokumentasi Pribadi

Maklum, ibu rumah tangga umumnya identik dengan sumur-dapur-kasur. Biasanya hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik. Tanpa penghasilan sendiri.

Apalagi beberapa teman kerja saya dulu malah ada yang bilang, mending tetap bekerja kantoran, kalau hanya menjadi ibu rumah tangga nanti jadi tulalit. Diajak mengobrol tidak nyambung. Informasi ini tidak tahu, kabar itu gak ngerti. Berbagi cerita hanya dengan suami dan anak. Paling banter dengan tetangga.

Waktu itu saya sedikit jiper juga sih.

Saat menjadi pembicara di salah satu instansi pemerintah di Kota Batam. | Dokumentasi pribadi

Namun, ternyata kenyataannya tidak semenakutkan itu. Menjadi full time mom tetap bisa berdaya. Tidak hanya berdaya secara ekonomi dengan memiliki penghasilan sendiri, tetapi juga tetap bisa melakukan hal-hal positif yang disukai, mengakses beragam informasi yang diinginkan, memiliki komunitas yang saling mendukung, hingga bebas membuat pilihan hidup. Tidak terkungkung dibawah “telunjuk” suami.

Apalagi setelah mengenal komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN).

Berdaya Melalui Menulis

Salah satu cara agar perempuan bisa berdaya adalah melalui menulis. Menghasilkan karya yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Bisa dengan membuat novel atau karya fiksi lainnya, buku non fiksi, atau malah menulis di media massa, media sosial, atau blog.


Tulisan saya mengenai museum di salah satu surat kabar lokal Batam. | Dokumentasi Pribadi

Melalui tulisan-tulisan yang dibuat, para perempuan dapat menyuarakan gagasan, ide, atau bahkan memberikan edukasi atau pemahaman berdasarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki.

Anyway, salah satu faktor merasa berdaya itu saat kita merasa didengar, merasa bermanfaat untuk orang lain, dan dapat menyuarakan isi hati dengan leluasa.

Apalagi gagasan yang dibuat secara tertulis dan dipublikasikan dapat menjangkau lebih banyak orang. Bisa bertahan lebih lama dibanding gagasan yang dipaparkan secara lisan.

Jangan salah, banyak gagasan-gagasan kaum hawa yang diungkapkan melalui media masa, blog, atau media sosial berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pengambil keputusan.

Tulisan Wali Kota Batam saat menanggapi salah satu tulisan yang saya buat. | Dokumentasi Pribadi

Dulu saya pernah menulis usulan di salah satu media masa lokal Kota Batam agar Batam memiliki museum, sehingga warga Batam yang umumnya adalah pendatang bisa lebih mengenal kota yang mereka tinggali. Beberapa tahun kemudian dibangun Museum Raja Ali Haji yang berisi beragam hal mengenai Batam.

Saya juga pernah mengkritik trotoar di jalan-jalan utama Kota Batam yang masih sangat minim. Beberapa waktu kemudian setelah tulisan saya itu dipublikasikan, ada tanggapan dari Wali Kota Batam. Beliau menulis secara khusus satu artikel untuk menanggapi tulisan yang saya buat tersebut.

Ternyata Pemerintah Kota Batam memang sudah ada rencana untuk membangun trotoar untuk para pejalan kaki. Hanya saja prosesnya bertahap. Dan sekarang, setelah beberapa tahun berlalu, jalan-jalan di Kota Batam sudah dilengkapi trotoar yang lebar dan sangat representatif untuk para pejalan kaki.

Bisa Tetap Up to Date

Selain hak bersuara, salah satu indikator perempuan berdaya adalah dapat dengan leluasa mengakses informasi yang diinginkan.

zaman now lebih mudah mengakses informasi yang diperlukan. | Dokumentasi Pribadi

Untuk zaman now, sebenarnya tidak sulit untuk mengakses informasi apapun yang kita inginkan. Tinggal buka smartphone yang terhubung dengan internet, semua informasi bisa kita akses.

Hanya saja, terkadang setelah menjadi ibu rumah tangga yang tidak lagi berkarier di luar rumah, suka enggan mengakses informasi terkini. Salah satu alasannya sudah tidak lagi relevan dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani. Atau ada kegiatan lain yang lebih menyenangkan dibanding mengakses informasi tersebut.

Alhasil saat diajak mengobrol, kadang kala suka tidak nyambung. Diajak berdiskusi santai mengenai suatu hal tidak paham, diminta berbincang hal-hal terkini tidak tahu. Sehingga, dicap lah tulalit.

Nah, dengan menulis hal tersebut dapat dihindari. Dengan aktif menulis kita secara berkala akan terus menambah informasi yang kita miliki.

Sebab, meski kita sangat berpengalaman di suatu hal, memiliki ilmu mumpuni di bidang tertentu, saat menulis suatu karya terkadang tetap membutuhkan referensi. Apalagi saat menulis tema-tema yang tidak terlalu kita kuasai. Alhasil, mau tidak mau kita akan membaca beragam referensi agar tulisan kita lebih “kaya”, atau malah tidak melenceng.

Berdaya Secara Ekonomi

Melalui menulis, para perempuan bisa lebih berdaya secara ekonomi. Kondisi finansial bisa menjadi lebih baik melalui beragam peluang. Apa saja?

Ikut Lomba Blog

Salah satu penghasil cuan dari kegiatan menulis adalah lomba blog. Jangan salah, hadiah-hadiah yang ditawarkan di lomba blog banyak yang fantastis lho. Bahkan ada yang mencapai Rp20 juta untuk satu pemenang.

Saya saat mendapat piagam pengharaan dari Menteri Pariwisata RI Periode 2014-2019. | Dokumentasi pribadi

Saya kerap ikut lomba-lomba seperti ini. Terkadang karena tergiur hadiahnya, sesekali karena merasa mampu menulis tema yang dilombakan.

Seringnya kalah sih hehe. Namun, beberapa kali juga beruntung menang.

Saat menang, senangnya luar biasa. Tidak terlukiskan deh. Selain senang karena mendapat hadiah, juga merasa eeeh ternyata kita juga bisa bersaing. 

Dari lomba blog saya pernah mendapat smart tv, laptop, sepeda, uang tunai, hingga jalan-jalan gratis ke beberapa tempat wisata yang lumayan permium. Kalau bayar sendiri, mikir ribuan kali. Sayang uangnya hehe.

Namun, salah satu lomba yang paling berkesan yang pernah saya ikuti adalah Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) 2018 lalu. Saat itu saya menang juara II. Selain mendapat hadiah uang tunai Rp8 juta, saya diundang untuk bertemu dengan Menteri Pariwisata RI di Jakarta.

Meski bukan kali pertama bertemu menteri, momen itu sangat istimewa. Saya dan pemenang lain diundang secara khusus.

IIDN kerap mengadakan lomba blog seperti ini bekerjasama dengan beragam instansi dan perusahaan.

Saya bahkan dulu bergabung dengan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis karena tertarik ikut lomba blog bertema “Cagar Budaya”. Waktu itu IIDN bekerjasama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Namun sayang, waktu itu saya gagal ikut lomba karena usia blog yang saya kelola belum satu tahun sesuai ketentuan yang disyaratkan.

Menulis Artikel Berbayar

Selain menjuarai lomba blog, salah satu penghasilan dari menulis adalah dengan membuat artikel berbayar. Biasanya setelah kita aktif menulis, suka ada perusahaan atau komunitas yang tertarik untuk mengajak kita bekerjasama membuat artikel.

Cuan dari artikel berbayar. | Foto diambil dari detik.com

Saya pernah beberapa kali mendapat kesempatan ini. Bayarannya lumayan. Terkadang hanya dengan menulis dua-tiga artikel, honornya setara dengan gaji saya saat masih bekerja penuh waktu dulu.

Selain menulis artikel berbayar, bisa juga bekerjasama untuk sponsored content. Biasanya tulisan sudah disediakan oleh pihak yang mengajak kerjasama, kita hanya perlu mempublikasikannya di blog yang kita miliki.

Untuk sponsored content terkadang ada juga yang mengajak kerjasama untuk mempubikasikan melalui media sosial, bisa instagram, twitter, tik tok, atau facebook.

IIDN juga kerap melakukan kerjasama seperti ini dengan anggota-anggota yang bergabung di komunitas tersebut.

Bagaimana Bila Belum Mahir Menulis?

Nah, ini lah bedanya IIDN dengan komunitas lain yang sejenis.

IIDN memfasilitasi anggotanya yang masih “buta” menulis hingga bisa menulis dengan baik. Ada pelatihan khusus, “Menulis dari Nol” yang diadakan secara berkala untuk para penulis pemula, atau bahkan yang sama sekali belum paham terkait teknik menulis.

Ada IIDN Writing Academy. | Foto dokumentasi IIDN

Peserta akan digembleng selama 30 hari oleh dua pentolan IIDN, yaitu Widyanti Yuliandri, selaku Ketua Umum IIDN, penulis buku, dan blogger,  serta Fuatuttaqwiyah El-Adiba, Kepala Divisi Buku IIDN yang berprofesi sebagai editor dan penulis buku.

Selain pelatihan “Menulis dari Nol” ada juga pelatihan menulis yang lebih spesifik, seperti pelatihan menulis untuk cerita pendek (cerpen) atau buku anak.

Bila tertarik untuk melebarkan sayap menjadi blogger, komunitas IIDN juga sangat terbuka untuk membimbing. Pengurus IIDN bahkan sudah meluncurkan buku panduan “Ngeblog dari Nol”.

Ngeblog dari Nol. | Foto dokumentasi Widyanti Yuliandri diambil dari facebook IIDN.

Buku tersebut merupakan rahasia sukses menjadi seorang blogger.

Maklum menjadi blogger tidak sesimpel yang dibayangkan.

Bagi orang awam, bahkan  mungkin tidak tahu bagaimana caranya membuat blog? Bagaimana mengelola blog agar menarik? Saat sudah terjun sebagai blogger pun terkadang ada saja tantangannya.

Nah, melalui buku ini bisa dicontek cara mengatasinya. Sehingga, kita bisa lebih mulus melalui tantangan-tantangan saat merintis karier menjadi seorang blogger.

Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman, tidak harus kita alami sendiri kan? Bisa juga dengan belajar dari pengalaman orang lain.

Saling Mendukung, Saling Menyemangati

Sebagai komunitas penulis, komunitas perempuan yang hobi menulis, IIDN yang didirikan Mei 2010 ini oleh Indari Mastuti sangat ajek mendukung perempuan agar konsisten untuk menulis. Tentu menulis hal-hal yang bermanfaat.

Ini salah satu Sabtu PUEBI. Coba siapa yang bisa mengubah kalimat ini menjadi sesuai PUEBI? | Foto dokumentasi IIDN.

Secara berkala, melalui grup yang dibuat di facebook dan laman instagram dilakukan diskusi dan aktivitas kepenulisan. Setiap hari ada tema tersendiri. Untuk hari Senin ada #SeninSemangat. Biasanya pengurus IIDN akan memposting quote yang dapat memotivasi dan menyemangati seluruh anggota grup.

Untuk Selasa ada #SelasaBlog. Biasanya pengurus akan memposting hal-hal mengenai blog. Bagaimana cara mengelola blog agar menarik, hingga apa saja artikel-artikel blog yang dapat menarik minat banyak pembaca. Maklum, sebagian besar anggota IIDN adalah para blogger.

Ada tips seperti ini juga. | Foto dokumentasi IIDN.

Kalau Rabu ada #RabuBuku. Pada hari tersebut akan diulas salah satu buku yang menarik untuk dibaca. Atau mereview buku yang ditulis oleh anggota IIDN. Cukup banyak buku antologi yang dibuat oleh anggota komunitas IIDN. Buku-buku menarik yang sangat bermanfaat.

Awalnya IIDN memang dibuat untuk memfasilitasi anggota yang suka menulis dan ingin membuat buku. Namun, perlahan berkembang. Kini IIDN yang sudah memiliki anggota lebih dari 21.000 yang tersebar di beberapa kota di Indonesia dan luar negeri, merambah ke bidang penulisan lain. Salah satunya blog.

Kamis ada #KamisPuisi. Pada hari ini biasanya mengulas salah satu puisi. Sementara untuk Jumat ada #JumatFiksi. Biasanya pada hari ini mengulas buku-buku fiksi, baik yang ditulis pengarang-pengarang terkenal maupun member IIDN.

Sedangkan Sabtu, ada #SabtuPUEBI. Pengurus IIDN biasanya akan mengulas kata-kata baku sesuai PUEBI. Tidak jarang juga meminta member IIDN untuk menyusun atau mengubah kalimat yang ditampilkan yang belum baku, menjadi kalimat baku yang sesuai PUEBI.

Menurut saya, Sabtu PUEBI ini sangat bermanfaat. Walaupun lahir, besar dan tinggal di Indonesia, masih saja ada kata yang digunakan yang tidak sesuai PUEBI. Atau ada kata-kata bahasa Indonesia yang tidak tahu artinya. Ada banyak kata serapan baru di bahasa Indonesia, baik dari kata asing maupun daerah.

Sehingga, dengan adanya ulasan seperti ini, sangat membantu untuk menambah keterampilan berbahasa Indonesia yang sesuai aturan.

Jadi, tertarik untuk menjadi bagian dari Komunitas IIDN? Yuk!

Apalagi IIDN juga ada whatapps grupnya. Dua kali dalam seminggu biasanya ada dukungan untuk para blogger yang rajin menulis. Bloger-blogger akan saling mengapresiasi tulisan yang sudah dibuat dengan cara berkunjung dari satu tulisan ke tulisan yang lain.

Selamat Ulang Tahun yang ke-12 IIDN! Semoga terus menjadi wadah bagi ibu-ibu yang doyan nulis.

Salam! (*)

19 comments on “Menjadi Perempuan Berdaya Bersama IIDN

  1. Semangat mbak, meskipun rempong dengan urusan rumah tangga dan anak-anak tapi perempuan juga bisa berdaya serta melakukan beragam aktivitas untuk mengaktualisasikan dirinya bahkan bisa mendapatkan penghasilan tambahan lho, duh senangnya berkat kemajuan teknologi digital semua bisa dilakukan meskipun hanya berdiam di rumah.

  2. Mbak Cucum keren dan inspiratif banget. Menjadi ibu rumah tangga pun kita bisa tetap berdaya dan memberdayakan sekitar khususnya para perempuan. Apalagi di era digital ini di mana banyak kegiatan yang bisa kita lakukan dari rumah.

  3. Keren Mbak pencapaiannya, semangat terus sukses ya!
    Saya senang dengan komunitas seperti IIDN, beneran bisa jadi media perempuan untuk berdaya. Dengan semua kegiatannya, membantu kita tumbuh dan berkembang mesti dari rumah saja.

  4. aku setuju banget apa yang dibilang mbak cucum, itu juga yang aku rasain. walaupun baru gabung 2 tahunan sama IIDN. Berkomunitas dengan IIDN mengubah banyak diriku dalam menulis juga tentunya…tetap semangat berkarya dan berdaya mbak cucum

  5. Betul-betul menemukan sebuah komunitasy yang tepat seperti IIDN ini adalah keberkahan tak terkira yaa..
    Seringkali banyak kesempatan datang untuk perempuan semakin memperkuat pijakannya di dunia literasi dengan dukungan dan semangat berkomunitas.

    Prestasi kak Cucum, mashaAllah~
    Luar biasa.

    Semoga semakin banyak karya dan apresiasi yang diterima di dunia tulis-menulis.

  6. Masya Allah.. salut sama mbak yang udah membuat keputusan besar untuk memprioritaskan anak.. semoga kita semua bisa mengikuti jejak langkah baik ini

  7. Keren, Mbak Cucum. Saya ingin bisa berdaya dan berkarya seperti itu juga, tapi belum ada kesempatannya hehe. Selamat bertemu komunitas yang tepat, yaah….di manapun pasti bersinar!

Leave a Reply to Dian Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *