Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Drama “Legend of the Blue Sea”, Jangan Termakan Omongan Manis Pelakor


Jun Ji Hyun dan Lee Min Ho (Instagram)

Drama Korea Legend of the Blue Sea sebenarnya menceritakan kisah cinta mengenai seorang pemuda tampan dengan seorang putri duyung cantik. Namun, sebagai seorang emak-emak dengan dua anak, fokus saya ternyata sedikit berbeda. Kisah cinta mereka tidak terlalu membuat saya mengharu-biru.

Hal yang justru menancap dengan kuat di ingatan saya usai menonton drama ini hingga tamat adalah sikap ibu dari Heo Joon-jae. Saat sang suami berselingkuh dan memutuskan menikah dengan si pelakor, ia dengan santuy meninggalkan semuanya. Rumah yang selama ini ia tempati dengan sang suami, juga si buah hati semata wayang.

Sinopsis Cerita

Meski sudah banyak yang mengulas, bila membahas drama Korea, tidak afdol rasanya bila tak memberi gambaran cerita secara singkat. Drama Korea yang pertama kali ditayangkan pada akhir 2016 hingga awal 2017 ini menceritakan kisah cinta mengenai seorang putra bangsawan Joseon bernama Dam-ryeong (diperankan Lee Min Ho) dan seorang putri duyung, Se-hwa (diperankan Jun Ji Hyun).

Sayangnya, meski sudah tumbuh bersama sejak kecil, kisah mereka berakhir tragis. Dam-ryeong dipaksa menikah dengan gadis lain, hingga memaksa Se-hwa menggunakan kekuatannya menghapus ingatan manusia agar Dam-ryeong tidak sedih berlarut-larut dan bisa melupakan dirinya.

Namun, setelah beberapa tahun berlalu, Dam-ryeong dan Se-hwa kembali dipertemukan. Saat itu Dam-ryeong sudah menjadi seorang wali kota dan berstatus sebagai duda. Sang istri meninggal, tak lama setelah mereka menikah. Sementara Se-hwa menjadi putri duyung tawanan salah satu pejabat desa Ma Dae-young (diperankan Sung Dong Il). Ia tertangkap usai ada badai hebat di desa.

Meski ingatan Dam-ryeong mengenai Se-hwa sudah dihapus, setelah kembali bertemu dan berinteraksi, ingatan tersebut perlahan kembali. Namun sayang, lagi-lagi kondisi dan situasi saat itu tidak memungkinkan mereka untuk bersatu. Ada banyak intrik jahat, keserakahan, yang membuat mereka akhirnya harus “berpisah” secara tragis.

Beratus tahun kemudian, hubungan asmara Dam-ryeong dan Se-hwa kembali terjalin. Se-hwa tetap terlahir kembali sebagai putri duyung yang bernama Shim Cheong, sementara Dam-ryeong bereinkarnasi sebagai seorang penipu andal bernama Heo Joon-jae. Meski bereinkarnasi lebih dari satu abad kemudian, intrik di masa lalu tetap menghantui.

Dam-ryeong yang terlahir kembali sebagai Heo Joon-jae dan Se-hwa yang bereinkarnasi sebagai Shim Cheong akhirnya bahu-membahu agar tragedi buruk di masa lalu tidak terulang. Terlebih sosok baik maupun jahat di Zaman Joseon tetap ada. Peran mereka pun tetap sama. Hanya saja kondisi dan profesi mereka yang sedikit berbeda.

Jangan Percaya pada Pelakor

Jujur, hal yang membuat saya sesak di drama ini, bukan saat Dam-ryeong dan Se-hwa yang harus meregang nyawa karena ditombak oleh anak laki-laki Tuan Yang (Ma Dae-young), tetapi saat dengan polosnya Mo Yoo-ran –ibu Heo Joon-jae, meninggalkan rumah, suami, dan sang putra tunggal hanya karena si suami lebih memilih pelakor yang merupakan teman SMA-nya.

Dengan muka berseri-seri ia pergi dari rumah. Bahkan mempersilakan dengan baik agar si pelakor membina rumah tangga bahagia dengan sang suami. Tanpa drama labrak-melabrak, jambak-menjambak, tampar-menampar, seperti yang biasa terjadi di negeri +62 –baik secara nyata maupun melalui layar kaca.

Ia termakan omongan si pelakor, Kang Ji-yeon. Usai merebut suami Mo Yoo-ran, Kang Ji-yeon meminta agar Mo Yoo-ran pergi sejauh mungkin dari kehidupan mereka agar ia dan sang suami benar-benar bisa membina rumah tangga bahagia tanpa ganjalan masa lalu. Agar rencananya berjalan mulus, si pelakor berjanji akan mengurus putra Mo Yoo-ran dengan baik.

Tanpa prasangka apapun, Mo Yoo-ran pergi menjauh dari kehidupan (mantan) suami dan sang anak. Ia pergi tanpa kabar hingga bertahun-tahun, dari si anak masih sangat bocah hingga sudah menjadi lelaki dewasa. Ia begitu percaya dengan janji sang teman SMA yang menjadi duri dalam rumah tangganya.

Namun janji tinggalah janji. Saya sangat menyesalkan sikap Mo Yoo-ran. Pelakor itu terkadang tidak punya hati. Menghancurkan rumah tangga bahagia yang sudah dibina bertahun-tahun saja ia sanggup, apalagi menelantarkan anak sambung. Yup, usai si pelakor menjadi istri resmi, dan si istri sah pergi menjauh bak ditelan bumi, anak sambung yang katanya akan ia rawat dengan baik, malah ia jahati. Ia tentu saja lebih memprioritaskan si anak kandung, buah hati dari pernikahannya yang terdahulu.

Parahnya, ia tak hanya menelantarkan dan menjahati si anak sambung, Heo Joon-jae, tetapi juga menghasut ayah Heo Joon-jae agar tidak akur dengan sang anak. Alhasil, karena tidak tahan, Heo Joon-jae kabur dari rumah. Ia kemudian menjadi penipu ulung. Sang ayah tidak pernah mencari karena termakan hasutan si pelakor.

Bertahun kemudian, saat Mo Yoo-ran tahu si anak ditelantarkan, dengan penuh amarah dia mendatangi Kang Ji-yeon. Melabrak. Namun, dengan enteng si pelakor itu mengatakan, seharusnya Mo Yoo-ran tidak percaya begitu saja dengan janji yang ia ucapkan. Terlebih menyangkut anak.

Yup, terkait anak, jangan percaya begitu saja kepada orang, apalagi kepada pelakor. Kita sebagai orang tua harus ada, mendampingi, memantau, dan mengawasi tumbuh kembang anak. Kalau orang yang kita percaya benar-benar mengasuh anak kita dengan baik, kalau tidak? Penyesalan akan menyergap kita seumur hidup.

Ada banyak ibu sambung yang baik di dunia ini, kebaikannya bahkan terkadang melebihi ibu kandung. Namun umumnya, mereka menikahi si mantan suami setelah resmi bercerai dengan mantan istri. Bukan karena direbut saat si istri sah masih menjalani ikatan pernikahan resmi dengan sang suami.

Jadi untuk ibu-ibu di luar sana yang mungkin bernasib kurang baik karena si suami berpaling ke pelakor, jangan terlalu santuy. Memilih berpisah dengan suami boleh karena buat apa meneruskan pernikahan yang sudah dinodai dengan perselingkuhan, hanya saja tetap harus memikirkan masa depan si buah hati. Jangan pasrah menyerahkan semuanya kepada si pelakor.

Hati-hati dengan Teman Culas

Ada banyak cerita, duri dalam sebuah rumah tangga adalah teman si istri sendiri. Bahkan orang yang dengan tulus ditolong oleh si istri sah. Drama Korea Legend of the Blue Sea pun seperti ini. Pelakor adalah teman SMA sang istri. Meski saat SMA tidak terlalu dekat, pelakor tersebut tiba-tiba datang SKSD –sok kenal, sok dekat.

Si pelakor tiba-tiba datang menawarkan asuransi. Meminta tolong lebih tepatnya agar si teman sekolah tersebut mau membeli polis asuransi yang ia tawarkan. Terlebih saat itu, perekonomian dia belum mapan. Padahal si pelakor merupakan seorang ibu tunggal dengan satu anak (laki-laki).

Hal yang bikin gemas, Mo Yoo-ran menceritakan bahwa perekonomian ia dan suami sangat baik, ia memiliki banyak uang. Selain itu, karena tidak mau ribet –atau untuk lebih memudahkan si teman– ia malah meminta si teman, yang pelakor, langsung berhubungan dengan si suami terkait pembelian polis asuransi.

Duh, ujung-ujungnya sesuai prediksi, si suami kepincut si pelakor. Padahal seharusnya kalaupun memang mau membantu si teman, Mo Yoo-ran mengurus sendiri pembelian polis asuransi tersebut tanpa melibatkan si suami. Kalaupun memang si suami harus dilibatkan, ia tetap mendampingi saat sang suami bertemu dengan si teman yang menawarkan polis asuransi.

Bukan berprasangka buruk, tetapi kita harus berhati-hati dengan teman atau kerabat yang biasanya tidak terlalu akrab, terus tiba-tiba SKSD. Biasanya ada sesuatu yang tidak mengenakan ujung-ujungnya. Meski tidak semuanya seperti itu. Ada juga yang benar-benar hanya say hello, dan memang berusaha ingin lebih dekat karena alasan untuk mengeratkan tali silaturahmi. Namun, bila ada “alarm” dari hati yang dirasa kurang enak. Jangan diabaikan.

Kenangan Aset Paling Berharga Seorang Manusia

Hal lain yang membetot perhatian saya dari Drama Korea Legend of the Blue Sea adalah terkait kenangan. Sedikit banyak, emosi manusia dipengaruhi oleh sebuah kenangan. Manusia bisa terpuruk sedih karena sebuah kenangan, sebaliknya bisa merasa sangat bahagia juga karena sebuah kenangan.

Ada seorang ibu-ibu yang diceritakan dalam Drama Korea Legend of the Blue Sea ini yang merasa sangat sedih karena selalu merasa teringat dengan sang buah hati yang meninggal di rumah sakit akibat mal praktek. Ia setiap hari menangis dan berdiri di halaman rumah sakit untuk mendapatkan keadilan bagi sang anak.

Saat melihat ibu-ibu tersebut selalu terlihat berduka karena kepergian sang anak, Shim Cheong yang memiliki kekuatan untuk menghapus ingatan manusia menawarkan ibu tersebut untuk menghapus kenangan terkait sang putri. Tujuannya, tentu saja agar terhindar dari rasa sedih yang berkepanjangan.

Namun, ibu tersebut menolak. Ia mengatakan tidak apa-apa bersedih sepanjang hidup, daripada harus kehilangan memori terkait sang buah hati. Meski memicu kesedihan, kenangan merupakan sesuatu yang sangat berharga yang ditinggalkan oleh orang yang kita cintai yang bisa kita simpan selamanya dalam hati.

Duh, iya sih, daripada pikiran kita seperti kertas kosong yang tidak ingat apa-apa. Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *