Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Sebelum Menikah, Sebaiknya Susuri Riwayat Kesehatan Calon Pasangan


Ilustrasi | azbigmedia.com

Selain rasa cinta yang menggebu, saat akan menikah, kita umumnya hanya mempertimbangkan kecocokan secara personal dengan pasangan. Selama merasa nyaman, keluarga merestui, biasanya langsung saja ke pelaminan. Terlebih bila usia sudah matang. Paling yang sedikit “diintip-intip” adalah penghasilan si calon pasangan (baca:calon suami).

Namun, saat si calon pasangan sudah memiliki pekerjaan tetap, penghasilan yang lumayan, biasanya rencana pernikahan sudah langsung mulus seperti jalan tol. Padahal, selain yang disebutkan di atas, hal lain yang wajib di cek sebelum memutuskan menikah adalah riwayat kesehatan (keluarga) pasangan.

Setiap orang akan mewarisi setengah dari profil genetis ayah dan ibu. Selain jenis dan warna rambut, warna kulit, warna mata, tinggi badan, bentuk gigi,  seseorang juga akan mewarisi gen dari kedua orang tua yang mungkin dapat meningkatkan risiko terhadap kondisi medis tertentu.

Ada Penyakit yang Diturunkan

Berdasarkan penelusuran dari beberapa situs kesehatan, ada banyak penyakit yang diwariskan. Apa saja penyakit-penyakit tersebut?

Buta Warna

Buta warna lebih sering dialami oleh anak laki-laki. Penyakit ini diturunkan dari ibu yang berperan sebagai carrier buta warna. Anak laki-laki yang dilahirkan ibu pembawa sifat buta warna, memiliki risiko 50 persen menderita buta warna. Bila si ibu menderita buta warna, risiko buta warna si anak laki-laki menjadi 100 persen.

Hemofilia

Hemofilia merupakan penyakit kelainan darah genetis yang menyebabkan si penderita mengalami kesulitan penyembuhan luka karena darah yang sulit membeku. Ayah penderita hemofilia, akan memiliki anak permpuan 100 persen carrier hemofilia. Namun, bila anak perempuan tersebut dilahirkan oleh ibu yang carrier hemofilia, risiko menjadi carrier turun menjadi 50 persen.

Talasemia

Sel darah merah yang dihasilkan tubuh penderita talasemia umumnya pecah lebih cepat dibanding sel darah merah normal. Kondisi ini mengakibatkan anemia. Penderita menjadi mudah lelah, mengantuk, hingga sesak nafas. Anak-anak dari orangtua yang membawa penyakit ini memiliki kemungkinan 25 persen menderita talasmeia mayor –membutuhkan transfusi darah rutin dan perawatan medis yang ekstensif, 50 persen carrier, dan 25 persen sehat.

Obesitas

Berdasarkan sebuah penelitian gizi di Amerika Serikat, bila salah satu orang tua menderita obesitas, anak-anak yang dilahirkan akan memiliki risiko kegemukan 40-50 persen. Risiko ini akan meningkat menjadi 70-80 persen bila kedua orang tua mereka menderita obesitas. Meski demikian, obesitas dapat dicegah. Caranya? Terapkan gaya hidup sehat. Batasi mengkonsumsi makanan berlemak dan rutin berolah raga yang membakar kalori.

Asma

Berdasarkan salah satu penelitian, orang tua yang menderita asma 8-16 kali lebih besar mewariskan asma, dibanding orang tua yang tidak menderita asma. 30 persen penyakit asma, diturunkan orang tua kepada sang anak.

Alergi

Anak yang dilahirkan dari orangtua yang memiliki bakat alergi, 70-80 persen berisiko terserang alergi. Namun, bila hanya salah satu orang tua yang menderita alergi, risiko anak tersebut menderita alergi menurun menjadi 30 persen. Berdasarkan keterangan dari dr. Yenni Gunawan yang dikutif Femina, bila keluarga –ayah-ibu, mertua, kakek-nenek, saudara kandung, memiliki riwayat alergi, sebaiknya sejak hamil jauhi sumber alergi agar risiko alergi anak yang akan dilahirkan berkurang.

Diabetes

Anak-anak yang dilahirkan dari orang tua yang menderita diabetes, berisiko menderita diabetes sekitar 40 persen. Terlebih bila menjalankan gaya hidup yang tidak sehat. Meski penyakit genetis, risiko terkena diabetes sebenarnya bisa dicegah dengan menjalankan gaya hidup sehat. Olahraga teratur, dan mengurangi mengkonsumsi makanan dan minuman manis.

Hipertensi

Tahukah Anda? 90 persen dari penderita hipertensi memiliki orang tua, paman-bibi, kakek-nenek, yang juga menderita hipertensi. Namun, penyakit keturunan ini sebenarnya bisa dicegah dengan cara  menjaga berat bada tetap ideal, rutin berolahraga, dan membatasi konsumsi garam.

Kanker

Kanker umumnya disebabkan oleh gaya hidup si penderita.Namun, risiko seseorang terkena kanker akan lebih tinggi bila memiliki keluarga dekat yang menderita kanker. Jika setidaknya ada dua orang anggota keluarga (kandung) menderita kanker di bawah usia 50 tahun, besar kemungkinan keluarga Anda memiliki gen pembawa kanker.

Penyakit Kardiovaskular

Orang yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit jantung koroner, cenderung akan mengalami penyakit ini juga. Meski demikian, risiko tersebut bisa ditekan dengan menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, rutin memeriksa tekanan darah dan kadar kolestrol setiap tahun, terlebih bila sudah berusia 40 tahun ke atas.

Bagaimana Cara Mengorek Riwayat Kesehatan Keluarga Calon Pasangan?

Cara yang paling mudah tentu saja dengan menanyakan langsung kepada pasangan. Kita dan calon pasangan bisa saling terbuka terkait riwayat kesehatan masing-masing keluarga. Setelah itu, bila dirasa perlu bisa langsung berkonsultasi kepada dokter untuk menekan kemungkinan penyakit tersebut diwariskan kepada (calon) buah hati.

Dokter biasanya akan memberikan saran medis. Dengan begitu, anak-anak kita kelak tidak mewarisi penyakit dari orang tua. Khusus untuk penyakit yang sifatnya otomatis diturunkan, buta warna dan talasemia misalkan, bisa dicegah dengan melakukan perencanaan kehamilan. Ibu penderita buta warna atau talasemia bisa mengikuti program perencanaan kehamilan agar tidak memiliki buah hati laki-laki.

Saling terbuka terkait riwayat penyakit keluarga, akan membuat kita lebih terpacu untuk menerapkan pola hidup sehat. Bila sejak awal sudah diketahui, kita dan pasangan bisa saling menjaga agar penyakit warisan tersebut tidak muncul dan diderita, khususnya oleh si calon buah hati.

Bila menanyakan langsung riwayat kesehatan keluarga pasangan dirasa kurang etis, bisa juga dikorek sambil lalu. Saat mengobrol ringan dengan anggota keluarga pasangan, kita bisa menyelipkan beberapa pertanyaan terkait kondisi kesehatan keluarga, makanan yang kerap dikonsumsi, hingga olahraga yang rutin dilakukan.

Mengetahui lebih dini riwayat kesehatan keluarga pasangan akan sangat baik. Saat kita menemukan risiko penyakit tertentu dari keluarga calon istri/suami, kita menjadi lebih waspada. Kita cari jalan keluarnya bersama-sama. Bukan, bukan malah jadi membatalkan pernikahan. Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *