Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Sudah Punya Blog Sendiri, Kok Masih Menulis di Kompasiana?

Dokumentasi Pribadi


Sudah punya blog TLD sendiri, kok masih menulis di Kompasiana?

Pertanyaan tersebut sempat terlontar dari salah satu teman. Mungkin ia penasaran, kok saya lebih aktif menulis di blog keroyokan tersebut dibanding mengisi blog sendiri dengan artikel-artikel organik.

Apalagi kemudian, blog pribadi berbayar saya yang pertama, dibikin “almarhumah”, saking terlalu lama tidak pernah diisi. Terlalu asik menulis di Kompasiana.

Akun Kompasiana saya. | Dokumentasi Pribadi

Tiga bulan lalu, saya kemudian membuat blog baru. Alasannya, ternyata ada beberapa artikel yang terlalu lokal, yang menurut saya kurang cocok bila di publikasikan di Kompasiana. Salah satunya adalah lokasi-lokasi tempat makan siang favorit.

Bila dibuat beberapa daftar tempat makan siang favorit, pasti sangat cocok ditayangkan di blog kesayangan sejuta umat itu, tetapi bila hanya membahas satu tempat makan, dengan menu biasa, suasana biasa, tidak ada yang istimewa, kok saya tidak tega bila harus diposting di sana.

Diundang untuk mencoba langsung snorkeling di salah satu pulau di Kota Batam.| Dokumentasi Pribadi

Atau bila ada artikel yang terlalu mempromosikan suatu perusahaan. Terkadang suka tidak enak hati bila dipublikasikan di Kompasiana. Namun, bila saya terlalu banyak men-skip informasi yang seharusnya disampaikan, kok saya juga merasa tidak tega kepada si pengundang.

Jujur, sejak lumayan aktif menulis di Kompasiana (dan blog pribadi), suka ada saja undangan untuk melihat dan merasakan langsung tempat wisata, tempat-tempat makan di sekitaran Batam, Kepulauan Riau, hingga peluncuran film.

Sebagai timbal balik, pengelola ingin saya menuliskan pengalaman tersebut di blog pribadi atau di laman Kompasiana. Tujuannya, tentu saja untuk memberi gambaran kepada netizen yang masih mencari informasi terkait hal tersebut.

Tidak Ribet Memikirkan Hal Lain, Hanya Menulis dan Menulis

Saya sangat suka menulis di Kompasiana karena tidak perlu repot memikirkan hal lain. Kita hanya perlu menulis artikel. Tidak perlu merasa gusar karena tiba-tiba saat menambahkan foto di artikel, ada pemberitahuan, “Maaf Ruang Penyimpanan Habis”. Sehingga, harus ada foto yang dihapus, atau malah membeli tambahan tempat penyimpanan.

Tidak perlu juga saat sedang bersemangat menulis, tiba-tiba jadi kesal sendiri, karena saat mau posting ternyata blog pribadi tidak bisa dibuka. Entah error karena si provider, entah bermasalah karena ada yang iseng “ngoprek” tanpa diminta. Dulu blog pribadi berbayar saya yang pertama, sering dijahili, tiba-tiba passwordnya berubah, atau ada artikel spam yang diposting secara beruntun hingga puluhan artikel.

Tim Kompasiana dan teman-teman Kompasianer yang luar biasa baik. | Dokumentasi Pribadi

Alhasil, harus sabar menunggu suami punya waktu luang dulu untuk membenahi blog tersebut. Jujur, bila diminta membetulkan sendiri saya tidak bisa. Saya bisanya hanya menulis, mengunggah artikel-artikel itu disertai foto atau video. Itu makanya, menulis di Kompasiana yang hanya bermodalkan suka menulis, sangat cocok untuk saya.

Belum lagi bila kita lupa memperpanjang domain. Tulisan-tulisan yang sudah susah payah dirangkai, jadi hilang begitu saja. Bisa sih menunggu beberapa waktu, tetapi itu pun bila domain tersebut tidak keburu dibeli orang. Bila DA/PA sudah bagus, bukan tidak mungkin akan diambil orang dan dijual kembali ke kita dengan harga yang tidak murah. Nah, bila menulis di Kompasiana, keribetan tersebut menjadi urusan tim Kompasiana. Tulisan kita yang bertahun-tahun lalu pun, akan tetap aman tersimpan di dashboard.

Terkadang, sedih blog pribadi tidak bisa dibuka itu saat ikut lomba menulis. Bagaimana mau menang dan dapat hadiah yang diincar, bila saat penjurian blog tersebut gagal dibuka karena beberapa hal seperti yang saya sebutkan di atas. Paling pasrah dan berpikir, memang belum rezeki.

Berkat artikel di Kompasiana berkesempatan menjadi juara II APWI. | Dokumentasi Pribadi

Itu makanya, bila ada lomba menulis yang diadakan instansi atau perusahaan dan memungkinkan untuk dipublikasikan di Kompasiana, saya lebih memilih mempublikasikan di Kompasiana, dibanding di blog pribadi.

Hal tersebut seperti yang pernah saya lakukan saat ikut lomba Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) 2017 lalu. Tulisan untuk lomba saya tulis di blog pribadi dan Kompasiana, tetapi yang saya setor yang saya tulis di Kompasiana. Alhamdulillah, bisa menjadi juara II untuk kategori blogger.

Tulisan Lebih Banyak yang Membaca

Jumlah pembaca tulisan saya di blog pribadi dengan di Kompasiana jauh berbeda. Terlebih bila tulisan di microsite tersebut diganjar label “Pilihan” atau “Artikel Utama”. Itu makanya, beberapa artikel yang “tidak laku” di blog pribadi, saya posting ulang di Kompasiana. Toh menurut pihak Kompasiana, hal tersebut tidak menyalahi aturan, selama tulisan tersebut memang betul tulisan kita sendiri.

Berkesempatan menerbitkan buku antologi. | Dokumentasi Pribadi

Artikel dengan judul “Sepotong Kisah Saat Si Bayi Asi Terkena Sembelit” misalkan, di blog saya pribadi hanya satu-dua saja yang membaca, itu pun tanpa meninggalkan jejak komentar. Namun, saat dipublikasikan ulang di Kompasiana jumlah pembaca mencapai 8.000 lebih. Meski mungkin ada beberapa yang mengklik lebih dari satu kali karena unsur tidak sengaja atau apa.

Terkadang, jumlah pembaca bukan menjadi tujuan utama. Namun, untuk beberapa artikel, jumlah pembaca dan siapa yang membaca, sangat krusial. Artikel keluhan misalkan, atau saran dan masukan terkait sesuatu. Semakin banyak yang membaca akan semakin baik, terlebih bila yang membaca adalah orang-orang yang berkepentingan, yang kita tuju.

Bila beruntung, rajin ikut tantangan menulis di Kompasiana bisa mendapat hadiah seperti ini. Ini hadiah samber THR 2018 lalu. | Dokumentasi Pribadi

Selain itu, kita juga tidak perlu repot memikirkan keyword yang ramah dengan pengoptimalan mesin telusur, atau kalau teman-teman blogger lebih akrab dengan sebutan SEO. Tulis saja artikel sebaik yang kita bisa, buat judul semenarik yang kita mampu, saat ditelusuri di mesin pencarian google, biasanya muncul di daftar teratas. Apalagi terkadang tim Kompasiana suka berbaik hati, mempercantik judul yang kita buat, merapikan hingga merivisi tulisan yang dianggap kurang optimal.

Bisa Mendapat Pemasukan Tambahan

Menulis di Kompasiana bukan proyek “thank you”. Ada imbal balik berupa uang yang bisa kita dapatkan melalui program K-Rewards. Tentu harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan Kompasiana terlebih dahulu. Namun syaratnya tidak susah, semua (calon) Kompasianer seharusnya bisa memenuhi persyaratan tersebut, terutama persyaratan yang administratif.

Hal yang agak sulit dipenuhi mungkin jumlah pembaca yang ditetapkan Kompasiana. Namun, selama rajin dan konsisten menulis, seharusnya bisa dipenuhi. Sebenarnya bila sedang beruntung, hanya dengan satu artikel bisa langsung mendapatkan K-Rewards. Bahkan beberapa waktu lalu sepertinya ada satu Kompasianer yang hanya menulis satu artikel di bulan tersebut, bisa mendapat K-Rewards hingga Rp10 juta. Artikel beliau memang sempat dibaca hingga puluhan ribu orang.

Saat menukarkan voucher hadiah lomba blog dari Kompasiana dan Electronic City dengan laptop. | Dokumentasi Pribadi

Jumlah K-Rewards yang diberikan memang disesuaikan dengan jumlah pembaca artikel yang kita buat berdasarkan google analytics. Biasanya dihitung per bulan. Saya pribadi juga belum maksimal mendapat tambahan pendapatan dari K-Rewards. Sejak melahirkan anak kedua, agak sulit mengatur waktu untuk menulis. Apalagi artikel-artikel yang saya tulis juga belum ada yang “meledak” lagi. Dulu sempat ada artikel yang saya tulis di Kompasiana dengan jumlah pembaca hingga 500 ribu, sayang waktu itu belum ada K-Rewards hehe.

Selain dari K-Rewards, Kompasianer juga bisa mendapat tambahan pendapatan dari lomba menulis. Setiap bulan ada saja lomba dengan hadiah uang tunai yang bikin “ngiler”. Bila merasa bisa menulis dengan tema yang dilombakan, saya biasanya mencoba ikut. Lumayan bila sedang rezeki.

Berkesempatan berbagi cerita serunya menjadi Kompasianer. Ini saat berbagi cerita dengan beberapa teman di BP Batam. | Dokumentasi Pribadi

Apalagi di Kompasiana tidak pernah ada “drama” lomba. Juri selalu memilih juara yang memang layak menang. Sehabis pengumuman para juara di Kompasiana, saya selalu menyempatkan untuk membaca artikel para pemenang –saya ikut lomba tersebut ataupun tidak. Setelah dibaca, artikel-artikel-artikel tersebut memang juara.

Pengumuman para pemenang lomba juga biasanya tepat waktu, begitu juga dengan pengiriman hadiah. Untuk pengiriman hadiah uang tunai, bahkan suka diberitahu terlebih dahulu satu minggu sebelum ditransfer. Mereka juga mencantumkan rentang waktu pengiriman hadiah tersebut.

Selain tambahan pendapatan melalui lomba dan K-Rewards, kita juga bisa mendapat tambahan pendapatan dari tulisan berbayar. Kata siapa hanya blog pribadi saja yang bisa menghasilkan uang dari tulisan berbayar? Di Kompasiana juga bisa lho! Honornya lumayan lagi. Dua kali dapat job, bisa untuk membeli ponsel quad-camera.

Berkesempatan jalan-jalan gratis berkat lomba blog competition Kompasiana. | Dokumentasi Pribadi

Biasanya akan ada pihak Kompasiana yang menghubungi bila kita diminta untuk menulis artikel berbayar. Umumnya artikel tersebut disesuaikan dengan latar belakang kita, tema yang biasa kita tulis, hingga karakter kita juga sepertinya. Sehingga, menulis artikel tersebut seperti menulis artikel biasa yang kita tulis untuk di posting di Kompasiana.

Itu makanya saya tidak pernah membatasi diri hanya menulis di satu genre. Saat ada ide datang untuk menulis fiksi, saya tulis cerpen atau cerbung, bahkan puisi. Bila sedang mood menulis properti, saya tulis properti. Kala habis berkunjung ke tempat wisata, saya tulis artikel terkait travelling.

Apalagi Kompasiana tidak pernah membatasi jenis tulisan yang boleh diposting, selama tidak menyinggung dan memojokan Suku, Agama, Ras, dan Antar-Golongan (SARA), selama bukan hoaks, selama bisa dipertanggungjawabkan.

Selamat Ulang Tahun Kompasiana! Pada #11TahunKompasiana ini saya baru bergabung lima tahun empat bulan. Masih fase balita. Terimakasih sudah menyediakan wadah bagi kami yang suka menulis, tak hanya platform, tetapi juga para Kompasianer yang luar biasa baik. Terasa sekali kekeluargaannya. Semakin cinta pada Kompasiana, apalagi selalu ada terobosan baru, sesuai dengan tag line yang diusung #BeyondBlogging. (*)

6 comments on “Sudah Punya Blog Sendiri, Kok Masih Menulis di Kompasiana?

  1. drama lomba wkakkakak tapi beneran teh aku masih bisa menang di beberapa lomba di kompasiana

    tapi kalau di tempat lain enggak , apalagi agensi atau juri yang pernah aku nyinyirin

    1. Wkkk ditandain ya dibikin ga menang. Enaknya di Kompasiana gitu, semua jelas. Syarat dan ketentuan, kapan pengumuman pemenang, sampai kapan hadiah dikirim. Ga PHP hehe.

  2. Jadi kita masih berhak memposting tulisan Kita di media lain ya? Misalnya puisi, masih boleh diterbutkan lagi di luar kompasiana?

    1. Boleh kok kalau di Kompasiana selama itu tulisan kita sendiri. Tulisan dari web atau blog lain bisa di publikasikan ulang di kompasiana, begitu juga tulisan kita yang sudah dipublikasikan di kompasiana bisa dipublikasikan ulang di web atau blog lain.

  3. Inspiratif sekali. Saya juga punya blog pribadi dan sekarang mulai pengen nulis juga di kompasiana. Saya juga pernah mengalami gagal ikut lomba blog gara2 pihak hosting salah perpanjang domain…rasanya kesel tapi mau gimana lagi.

Leave a Reply to Cucum Suminar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *