Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Adab Menumpang Parkir di Depan Rumah Orang

Kejadian beberapa waktu lalu. Pagar rumah hanya bisa dibuka seucrit. | Dokumentasi Pribadi.

Kak, tolong parkir motornya sedikit geser ke sana.

Saya memandang tukang buah yang berjualan di depan kompleks rumah tempat saya tinggal dengan bingung. Saya memang baru pertama kali parkir di tempat itu. Biasanya setiap kali akan membeli buah, saya parkir persis di samping keranjang-keranjang buah. Namun, sore itu sudah ada dua motor yang terparkir di sana. Alhasil, saya mengalah dengan parkir sedikit lebih jauh.

Seolah tahu dengan kebingungan saya, penjual buah tersebut melanjutkan, “Khawatir nanti ada yang mau keluar masuk rumah.” Setelah dibilang oleh tukang buah itu, saya baru tersadar. Ternyata saya parkir persis di depan pintu masuk sebuah rumah. Masih sedikit jauh sebenarnya, tetapi motor saya menghalangi akses jalan menuju ke sana.

Dengan terburu-buru saya memindahkan sepeda motor. Mencari tempat lain yang sekiranya tidak menghalangi akses keluar-masuk kendaraan ke dalam rumah tersebut. Sempat saya akan menjawab, “Hanya sebentar saja kok.” Namun beruntung saya tidak mengucapkan kalimat tersebut. Lebih memilih memindahkan sepeda motor.

Kita Tidak Tahu Pasti Kondisi Pemilik Rumah

Menumpang parkir di depan rumah orang terkadang dianggap persoalan sepele. Apalagi bila merasa hanya sebentar. Terlebih bila kita terburu-buru. Malas parkir sedikit jauh karena akan memakan waktu. Sehingga, meski mobil yang kita parkir menghalangi akses keluar masuk rumah orang lain, cuek saja.

Bebebrapa waktu lalu saya pernah dibuat jengkel  pengendara roda empat. Ia parkir persis di depan rumah. Sebenarnya tidak masalah orang itu menumpang parkir. Toh, saya dan keluarga juga kerap menumpang parkir di depan rumah orang lain saat berkunjung ke rumah teman atau kerabat.

Namun orang tersebut parkir sembarangan. Menutup pintu masuk. Pagar rumah hanya bisa dibuka beberapa sentimeter. Alhasil, kami seolah-olah sedang dikurung di dalam rumah. Sulit keluar. Padahal bila sedikit saja kendaraannya digeser, tidak parkir miring-miring, tidak akan mengganggu siapapun.

Entah karena buru-buru, entah merasa hanya sebentar. Bumper mobilnya miring dan hampir melekat ke pagar. Kebetulan pagar di rumah menggunakan pagar geser. Alhasil, pagar tersebut hanya bisa dibuka beberapa jengkal. Saat itu saya sengaja duduk di teras, menunggu si pemilik mobil datang. Bukan, bukan mau menegur. Hanya ingin tahu saja yang mana orangnya hehe. Namun, hingga 15 menit berlalu tidak juga muncul.

Beruntung saya waktu itu tidak ada keperluan keluar rumah. Coba kalau saya sedang hamil dan tiba-tiba kontraksi. Harus melahirkan. Harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit. Masa harus sabar menunggu menahan sakit hingga belasan menit karena pagar rumah tidak bisa dibuka cukup lebar? Memang kalau ada apa-apa si pengemudi itu mau bertanggung jawab?

Atau, amit-amit ya, misalkan di rumah tersebut ada orang yang sedang sakit dan harus buru-buru dibawa ke rumah sakit. Masa iya si pemilik rumah harus berteriak dulu. Atau repot mencari-cari si pemilik kendaraan agar mobil yang diparkir di depan rumah segera dipindahkan karena menghalangi akses jalan.

Usahakan parkir dengan baik. Mau sebentar ataupun lama berkunjung ke tempat teman atau kerabat, upayakan memarkirkan kendaraan tanpa merugikan orang lain. Kecuali, ada supir yang stand by di dalam mobil. Sehingga, bisa serta merta menggeserkan kendaraan saat diperlukan.

Ah, ada hikmahnya juga sebenarnya saya mengalami ini. Biar saya lebih tertib saat parkir, terutama saat menumpang parkir di depan rumah orang. Atau mungkin ini teguran juga. Bisa jadi sebelumnya ada juga yang dibuat kesal oleh saya karena saya pernah parkir sembarangan. Maafkan hehe! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *