Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Saat Daging Sapi Lupa Disimpan di Dalam Kulkas

Gambar diambil dari haibunda.com

Bau apa ya?

Saya bertanya-tanya dalam hati sambil menggeledah seisi rumah. Baunya seperti bau bangkai. Bau busuk yang lumayan menyengat. Saya melihat ke pojokan dapur. Tidak ada sampah. Saya sudah membuang sisa-sisa makanan beberapa jam sebelum suami dan si anak pertama pergi untuk berkunjung ke rumah mertua.

Saya mengecek kulkas, khawatir ada ikan atau daging yang membusuk. Nihil. Semua masih tersimpan dengan baik. Lalu saya mengecek diapers anak kedua. Khawatir kan bila ternyata bau tersebut karena anak kedua (maaf) buang air besar. Ternyata tidak. Popok yang dipakaikan masih dalam kondisi baik.

Saat mencari-cari itu, mata saya lalu tertumbuk pada seonggok kecil plastik berwarna biru. Saat saya pegang, ya ampun, ternyata itu daging sapi yang saya beli tadi pagi. Saya lupa memasukannya ke kulkas. Daging tersebut rupanya tertinggal di atas meja makan. Tertutup lap meja.

Setelah melihat daging tersebut, saya baru ingat. Saat akan dimasukan ke dalam lemari es, anak kedua saya tiba-tiba bangun dan menangis. Ia merengek minta digendong. Serta merta saya bergegas menghampiri si kecil. Daging yang baru dibeli saya biarkan begitu saja. Toh saya pikir, setelah menggendong anak bisa langsung dimasukan ke dalam kulkas.

Namun setelah itu, saya ternyata malah sibuk membantu anak pertama berkemas. Kemudian mengantar ia dan suami hingga ke pintu depan. Setelah mereka berangkat ke rumah mertua, saya malah mengerjakan yang lain. Lupa. Baru ingat setelah berjam-jam kemudian. Setelah daging sapi tersebut mengeluarkan aroma yang tidak sedap.

Jangan Dibiarkan di Suhu Ruang Lebih dari Dua Jam

Setelah membaca beberapa referensi, saya langsung membuang daging tersebut. Daging sapi segar ternyata tidak boleh dibiarkan di suhu ruang lebih dari dua jam. Hal tersebut dikarenakan, daging segar rentan terkontaminasi bakteri penyebab kerusakan.

Kadar air yang tinggi serta kandungan gizi yang lumayan lengkap yang ada di dalam daging, menjadi media yang paling subur untuk pertumbuhan mikroba. Untuk memperpanjang usia simpan, daging harus dibekukan.

Nah, agar daging tidak kehilangan nilai gizi akibat keluar masuk lemari pendingin, sebaiknya daging dipotong-potong terlebih dahulu dalam porsi satu kali masak. Setelah itu dimasukan ke dalam wadah yang tertutup rapat, kedap udara. Baru kemudian dimasukan ke dalam freezer atau chiller.

Sebaiknya Butiran Es Dicairkan Dulu

Memasukan daging ke dalam freezer biasanya bisa tahan lebih lama. Namun, bila disimpan terlalu lama daging menjadi membeku. Daging jadi banyak dipenuhi butiran es atau thawing. Saat buru-buru akan memasak, biasanya kita langsung mengeluarkan daging beku tersebut. Untuk mempercepat pencairan, kita biasanya rendam dengan air, terkadang malah dengan air panas.

Sesekali bahkan langsung saja dicuci dan dimasak. Apalagi bila kita merasa air rebusan pertamanya nanti juga dibuang. Tidak kita konsumsi. Biasanya saat akan membuat sup, atau dendeng sapi khas Sumatera Barat.

Namun ternyata cara itu kurang tepat. Sari daging akan banyak terbuang bila kita rendam.. Sementara bila kita masak langsung, nanti matangnya menjadi tidak merata. Ada bagian daging yang tidak mendapat panas yang tepat. Padahal panas dapat membantu membunuh bakteri yang mungkin ada di dalam daging.

Cara yang paling tepat adalah mencairkan terlebih dahulu daging beku dengan cara alami di suhu ruang. Biarkan esnya mencair tanpa harus dibantu dengan cara direndam, atau disiram langsung air dari kran. Oleh karena itu, memasak daging memang harus terencana. Jangan suka dadakan hehe. Atau amannya sih, usai membeli daging dari pasar langsung saja diolah. Biasanya kan masih segar.

Namun, yang paling penting dari itu semua. Jangan lupa menimpan daging ke dalam kulkas, bila tidak segera diolah. Jangan “pikun” seperti saya hehe. Nanti malah gigit jari, tidak jadi makan daging. Untung waktu itu beli dagingnya tidak terlalu banyak, hanya untuk dua tiga-kali makan anak kedua saya yang sedang MPASI. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *