Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Melihat Pengelolaan Air Bersih di Batam

Dam dan Instalasi Pengolahan Air Sei Ladi, Batam.
Dam dan Instalasi Pengolahan Air Sei Ladi, Batam.

Batam merupakan kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau. Kota ini memiliki 371 pulau dengan luas keseluruhan mencapai 715 km2. Pulau terbesar di Kota Batam adalah Pulau Batam, yang memiliki luas 415 km2, kemudian disusul Pulau Rempang, Galang, dan pulau lainnya.

Batam merupakan pintu gerbang Indonesia di bagian Barat. Kota ini bahkan menjadi kota terbanyak ketiga di Indonesia yang dikunjungi wisatawan mancanegara, setelah Bali dan Jakarta. Setiap tahun Batam setidaknya dikunjungi lebih dari 1,5 juta wisatawan asing. Tahun ini, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Batam bahkan mencapai 1,8 juta.

Wisatawan asing tersebut umumnya berasal dari Singapura. Hampir 50 persen wisatawan mancanegara yang berkunjung ke pulau yang berbentuk kalajengking ini adalah warga dari “Negeri Singa”, kemudian disusul oleh warga negara Malaysia, Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Filipina.

Jarak Batam-Singapura memang begitu dekat. Batam dan Singapura hanya berjarak sekitar 25 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit, dengan menggunakan kapal ferry. Oleh karena itu, tak heran bila banyak warga Negeri Singa yang menghabiskan waktu libur di Batam.

Selain diuntungkan dari sisi pariwisata, letak geografis yang begitu dekat antara Batam dan Singapura juga sangat menguntungkan dari sisi ekonomi. Itu makanya pembangunan Batam mendapat sokongan penuh dari pemerintah pusat. Batam yang sebelumnya berupa hutan belantara, “disulap” menjadi daerah industri yang penuh pesona.

Tak heran bila Batam kini menjelma menjadi salah satu lokomotif ekonomi nasional. Batam Saat ini bahkan menyandang status sebagai daerah perdagangan bebas yang cukup diminati investor asing. Untuk 2017 lalu, realisasi investasi penanaman modal asing di Batam mencapai USD1,11 miliar untuk 73 proyek.

Memiliki Keterbatasan Sumber Air Baku

Tak ada gading yang tak retak.

Peribahasa tersebut mungkin cocok disematkan kepada Batam. Walaupun mempunyai infrastruktur mumpuni, sumber air baku di Batam sangat terbatas. Batam tidak memiliki sumber mata air, sungai ataupun sumur yang dapat dimanfaatkan secara higienis dan ekonomis oleh masyarakat.

Kebutuhan air bersih masyarakat, dipenuhi dengan cara mengolah air baku yang berasal dari air hujan. Air baku tersebut ditampung di lima dam yang dibangun pemerintah melalui Otorita Batam/BP Batam, yaitu Dam Duriangkang, Dam Mukakuning, Dam Harapan, Dam Ladi dan Dam Nongsa, dengan jumlah keseluruhan mencapai 3.850 liter/detik.

Selain lima dam tersebut, Otorita Batam/BP Batam sebenarnya sudah membangun satu dam tambahan, yakni Dam Tembesi yang memiliki kemampuan abstraksi hingga 600 liter/detik. Namun sayangnya, air baku dari dam tersebut belum dapat dimanfaatkan. Kualitas air baku Dam Tembesi belum memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi air bersih. Kemungkinan air baku dari dam tersebut baru dapat digunakan sekitar 2019 atau 2020 mendatang.

Bila dilihat selintas, jumlah air baku di Batam cukup melimpah. Namun, coba bandingkan dengan tingkat kebutuhan air bersih yang terus bertambah seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Kebutuhan air bersih di Batam pada 2015 hanya 2.948 liter/detik, pada 2016 bertambah menjadi 3.154 liter/detik, dan terus meningkat menjadi 3.375 liter/detik pada 2017 lalu.

Kebutuhan air bersih tersebut diperkirakan akan terus naik. Tahun 2018 ini, kebutuhan air bersih diperkirakan akan mencapai 3.611 liter/detik dan 2019 menjadi 3.864 liter/detik. Padahal kemampuan abstraksi maksimal dari lima dam yang saat ini sudah ada hanya 3.850 liter/detik. Itu berarti, bila 2019 Dam Tembesi belum juga bisa dioperasikan, ada kemungkinan air bersih di Batam defisit sekitar 14 liter/detik.

Jumlah tersebut dengan asumsi air yang diolah, sama dengan air yang dihasilkan. Padahal mengolah air baku menjadi air bersih riskan dengan kebocoran air. Jumlah air baku yang diolah, tidak akan pernah sama dengan jumlah air bersih yang dihasilkan. Saat proses produksi dan distribusi pasti akan ada penyusutan jumlah air karena kebocoran yang disebabkan secara teknis maupun komersial.

Belum lagi pengaruh iklim. Saat curah hujan berkurang dalam waktu yang cukup lama. Otomatis air baku yang ditampung di dam juga tidak akan maksimal. Hal tersebut seperti yang terjadi pada akhir 2016 lalu, saat El Nino melanda beberapa kawasan Asia, termasuk Batam, Indonesia.

Dapat Berpengaruh pada Investasi

Saat ini, tingkat investasi di Batam masih berjalan baik. Namun untuk terus meningkatkan Batam menjadi kawasan industri yang semakin terkemuka, diperlukan dukungan infrastruktur yang semakin memadai. Dukungan infrastruktur tersebut tak hanya jalan raya yang lebar, atau bandar udara dan pelabuhan yang bertaraf internasional, namun juga ketersediaan air bersih yang cukup.

Bila defisit air baku dibiarkan terjadi, bukan tidak mungkin akan berpengaruh pada iklim investasi. Terlebih, air merupakan infrastruktur yang tidak dapat digantikan oleh zat apapun. Apa jadinya kawasan industri tanpa air bersih yang memadai? Bagaimana terus mengembangkan pariwisata tanpa air bersih yang mumpuni?

Sebagai kota industri di daerah perbatasan, infrastruktur di Batam sangat baik. Satu-satunya keterbatasan yang dimiliki kota ini adalah sumber air baku yang terbatas. Oleh karena itu, BP Batam dan Pemerintah Kota Batam yang berwenang membangun dan mengembangkan Batam, harus bahu-membahu mensiasati agar kebutuhan air bersih selalu terpenuhi.

Apalagi meski sejak 1995 lalu pengelolaan air bersih diserahkan kepada swasta –PT Adhya Tirta Batam (ATB), ketersediaan air baku baku tetap menjadi tanggung jawab pemerintah (baca: Otorita Batam/BP Batam). Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalammnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”

Perusahaan swasta itu tidak mengelola air baku. Air baku yang ditampung di lima dam tetap berada dibawah kewenangan pemerintah, yakni Otorita Batam/BP Batam. Perusahaan swasta tersebut hanya mendapat konsesi dari 1995 hingga 2020 berkewajiban memenuhi kebutuhan air bersih di pulau utama Kota Batam, yakni Pulau Batam yang memiliki luas 415 km2, meski pada kenyataannnya, pulau-pulau lain yang berada di bawah Pemerintah Kota Batam juga ikut menikmati air bersih yang diolah ATB. Walaupun dengan sistem yang sedikit berbeda.

Ikut Menjaga Ketahanan Air Bersih

Walaupun swasta murni, perusahaan air tersebut tidak hanya fokus mendulang laba. ATB melakukan beragam upaya agar air baku di Batam dapat bertahan lebih lama, mulai dari sosialisasi hingga menggunakan teknologi, mulai dari proses pengolahan air hingga proses distribusi, mulai dari streaming current monitor hingga penggunaan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) yang terintegrasi dengan sistem manajemen operasional di lapangan.

Secara berkala perusahaan tersebut berkunjung ke sekolah dan perguruan tinggi untuk melakukan sosialisasi hemat air, juga mengundang beragam komunitas untuk melihat secara langsung proses pengolahan air yang dilakukan di instalasi pengolahan air. Harapannya, setelah melihat secara langsung bagaimana air diolah, masyarakat Batam akan lebih menghargai air bersih.

Hal paling krusial yang dilakukan ATB untuk membantu menjaga air baku di Batam bertahan lebih lama adalah dengan menekan tingkat kebocoran air . Secara konsisten ATB menjaga tingkat kebocoran air di angka 15 persen. Padahal, rata-rata tingkat kehilangan air di Indonesia saat ini mencapai 33 hingga 34 persen.

Untuk opitimalisasi dan efisiensi perusahaan, ATB menggunakan, mulai dari pengolahan air, distribusi, NRW, hingga Geographic Information System (GIS) . Teknologi tersebut tak hanya menjadi alat bantu untuk memantau kehilangan air secara real time, namun membuat proses kendali operasional di perusahaan air minum menjadi lebih intuitif.

Kinerja ATB selama mengelola air bersih di Batam memang patut diacungi jempol. Beragam penghargaan dan sertifikasi diraih perusahaan tersebut. Salah satunya adalah penghargaan empat tahunan Perpamsi Award dari Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi). Sejak 2009 ATB tak pernah absen dinobatkan sebagai salah satu perusahaan air minum terbaik di Indonesia.

Meski air baku di Batam sangat terbatas, semoga selalu cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat dan industri. Apalagi pemerintah juga tidak tinggal diam. Terus melakukan beragam upaya. Salah satunya mulai merintis untuk mengolah air limbah menjadi air bersih.

Lalu kita sebagai masyarakat Batam juga jangan hanya tinggal diam, menyerahkan beban sepenuhnya kepada pemerintah. Kita harus ikut serta membantu menjaga agar air baku di Batam dapat bertahan lebih lama. Salah duanya adalah tidak merusak daerah tangkapan air, dan lebih bijak lagi menggunakan air bersih. Apalagi katanya masyarakat Batam termasuk salah satu yang boros menggunakan air bersih. (*)

 

12 comments on “Melihat Pengelolaan Air Bersih di Batam

    1. Bisa banget harusnya, tinggal bikin surat pengajuan kunjungan ke mereka. Tapi biasanya kunjungan harus jam kerja, senin-jumat. Hari libur atau akhir pekan ga bisa.

    1. Iya kayak pertengahan 2015 lalu. Air di semua dam surut. Pelanggan harus berhemat air. Bahkan pelanggan di Kecamatan Sekupang harus rela bergiliran untuk mendapatkan air bersih.

Leave a Reply to Cucum Suminar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *