Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Hadiah Sederhana untuk Nenek Tersayang

Hadiah. | Dokumentasi hdimagelibs.com
Hadiah. | Dokumentasi hdimagelibs,com

Perempuan itu berjalan tertatih menyusuri beragam tumbuhan yang berderet. Perlahan beliau memetik satu persatu cabai, tomat, hingga daun singkong yang tumbuh subur di depan rumah. Sesekali ia berhenti sejenak untuk meluruskan punggungnya yang mulai bungkuk tergerus usia.

Meski usia semakin senja, perempuan itu selalu menyempatkan diri memanen beragam sayuran yang ia tanam di sekitar rumah untuk keperluan memasak sehari-hari. Biasanya ia memetik sayuran itu pagi usai sarapan – sekedar untuk mengisi waktu yang semakin luang pasca ditinggal sang suami berpulang sekitar tiga tahun lalu.

Bila hasil panen lumayan banyak, beliau biasanya menyisihkan sayuran itu pada sebuah wadah khusus. Sayuran tersebut kemudian diberikan kepada dua buah hati yang terpisah beberapa puluh kilometer. Tak jarang ia bagikan juga kepada tetangga sekitar yang selalu sigap menyingsingkan lengan untuk menolong dengan tulus saat ia memerlukan bantuan.

Pemandangan di rumah nenek. | Dokumentasi Pribadi
Pemandangan di rumah nenek. | Dokumentasi Pribadi

Hidup sendirian jauh dari anak-cucu pada usia 87 tahun memang tidak mudah, namun beliau terlihat sangat menikmatinya. Ia merasa bebas melakukan apapun yang ia suka di rumah yang sudah didiami sejak puluhan tahun lalu. Apalagi anak-anaknya rutin berkunjung melihat kondisinya secara langsung, atau setidaknya menelepon secara berkala.

Meski sudah diminta berkali-kali, ia tidak pernah mau tinggal bersama di rumah anak atau cucu yang tersebar di beberapa kota. Ia lebih suka tinggal sendirian di rumahnya yang asri. Alasannya cukup sederhana, ia tetap ingin beraktivitas dengan leluasa agar badannya tetap bugar – memasak setiap pagi atau sekedar mengelap beragam perabotan rumah.

Saat tinggal di rumah anak atau cucu, ia biasanya hanya diminta duduk manis. Anak atau cucunya tak pernah mengizinkan ia untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Beliau pun tahu diri, dengan kondisi badanya yang mulai “doyong”, tak etis rasanya bila ia sibuk memasak untuk anak-cucu atau membersihkan rumah sang anak. Oleh karena itu, saat keluarga dan kerabat memaksanya untuk tinggal bersama, beliau selalu menolak secara halus.

Nenek dan anak saya saat kami berkunjung awal Januari 2017 lalu. | Dokumentasi Pribadi
Nenek dan anak saya saat kami berkunjung awal Januari 2017 lalu. | Dokumentasi Pribadi

Nenek Tersayang Pengganti Ibunda

Perempuan itu adalah nenek saya. Sosok yang paling saya sayang, selain suami dan anak. Saya selalu berdoa agar beliau diberi kesehatan dan umur panjang. Setiap tahun, resolusi saya yang paling utama bukan piknik ke luar negeri atau membeli barang impian, namun diberi kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan beliau.

Jujur, usia nenek yang semakin sepuh membawa saya khawatir – takut kalau tiba-tiba beliau mangkat. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan saya selalu mencuri-curi waktu untuk bertemu dengan nenek. Saat saya yang tinggal di Batam, Kepulauan Riau, berkesempatan ke Jakarta, saya selalu menyempatkan diri pulang ke rumah nenek di Sukabumi, Jawa Barat.

Januari lalu, saya malah sengaja menyediakan waktu khusus selama dua pekan untuk menemani nenek beraktivitas di rumah kesayangannya. Senang rasanya bisa menemani nenek memasak, merapikan rumah, hingga mendengarkan secara langsung beragam cerita mengenai aktivitasnya sehari-hari.

Anak saya dan nenek saya. | Dokumentasi Pribadi
Anak saya dan nenek saya. | Dokumentasi Pribadi

Sejak kecil saya memang dekat dengan nenek. Kedekatan itu semakin kuat saat mama meninggal tujuh tahun lalu – disusul papa dua tahun kemudian. Kehilangan orangtua dalam waktu yang berdekatan membuat saya yang saat itu masih single drop. Apalagi saya terlahir sebagai anak tunggal, tidak memiliki adik atau kakak yang bisa diajak berbagi kesedihan.

Beruntung saya sangat dekat dengan nenek. Saat dunia saya terasa runtuh, nenek hadir mengusap kepedihan. Beliau berdiri gagah memastikan dunia saya baik-baik saja, meski tanpa ibunda tercinta. Nenek hadir pada setiap momen hidup saya agar saya tidak merasa sendiri.

Saat saya akan menikah, beliau memastikan pesta pernikahan berjalan lancar – dan saya menikah dengan pria baik yang dapat diandalkan. Begitupula saat saya dikaruniai buah hati. Meski raganya mulai bungkuk, beliau memaksakan diri berkunjung ke Batam, menempuh jarak ratusan kilometer, untuk menemani saya yang baru melahirkan.

Rice cooker yang ingin saya hadiahkan ke nenek. | Dokumentasi pinstake.com
Rice cooker yang ingin saya hadiahkan ke nenek. | Dokumentasi pinstake.com

Ingin Bahagiakan Nenek dengan Hadiah

Sudah sejak lama saya ingin memberikan nenek sesuatu sebagai hadiah, namun belum kesampaian hingga saat ini. Saya bingung harus memberikan hadiah apa. Dulu saya biasa membelikan nenek tas atau pakaian, namun dengan usianya yang sudah sepuh rasanya beliau sudah tidak memerlukan kedua barang itu. Apalagi pakaian dan tas milik nenek sudah cukup menumpuk di dua lemari besar.

Biasanya saat berkunjung ke rumah nenek, saya hanya membelikan makanan yang bisa beliau icip dan bagikan ke tetangga sekitar. Sesekali menyisipkan uang – yang tak seberapa, karena setelah itu beliau akan memberikan uang yang lebih banyak dari yang saya beri saat saya pulang. Alasannya titipan untuk anak saya yang semata wayang.

Namun saat saya berkunjung ke rumah nenek beberapa bulan lalu, saya punya ide hadiah apa yang tepat untuk diberikan kepada nenek. Ada dua hadiah yang ingin saya berikan, pertama rice cooker, yang kedua adalah telepon selular. Nenek sepertinya sangat membutuhkan kedua barang itu.

Rice cooker sangat dibutuhkan nenek karena nenek sangat tergantung pada alat itu saat memasak. Beliau tak hanya menggunakan rice cooker untuk menanak nasi, namun juga menggunakannya untuk memasak aneka lauk. Katanya tinggal memasukan minyak atau margarin, ikan atau ayam pun bisa digoreng di dalam rice cooker.

Beliau juga bahkan menggunakan alat masak itu untuk mendidihkan air yang digunakan untuk menyeduh teh yang ia minum sepanjang hari. Usia yang tak lagi muda, sepertinya membuat nenek lebih panjang akal memanfaatkan teknologi untuk lebih memudahkan aktivitas memasak.

Saya ingin menghadiahkan nenek rice cooker Philips. Hal tersebut dikarenakan rice cooker itu memiliki pegangan pada kiri dan kanan panci. Sehingga, kita tidak akan kepanasan saat panci diangkat. Kebetulan nenek selalu mendidihkan dulu beras yang akan ditanak di kompor gas sebelum dimasak dengan rice cooker. Pegangan panci kiri-kanan akan lebih memudahkan nenek – tidak perlu lagi lap atau alas tangan agar tidak panas terkena panci.

Sementara handphone ingin saya hadiahkan karena nenek lebih rutin berkomunikasi dengan anak-cucu melalui telepon. Setiap berapa jam – bahkan menit, anak atau cucu nenek biasanya menelepon hanya sekedar untuk mengobrol hal-hal kecil. Sebenarnya hanya untuk memastikan nenek baik-baik saja di rumahnya yang rimbun pepohonan.

Mengingat jarak rumah saya dan nenek lumayan jauh, saya mulai mengintip-ngintip situs belanja online – melihat dan membandingkan harga barang yang ingin saya beli tersebut, agar nanti saat ada rezeki, saya bisa membeli kedua barang tersebut dan mengirimkannya langsung ke rumah nenek. Ah, semoga nenek senang dengan kedua hadiah tersebut. Semoga! Salam! (*)

4 comments on “Hadiah Sederhana untuk Nenek Tersayang

  1. Terharu cum..nenek k pin juga masih hidup dari ibu tapi tiap kali kami cucu2nya datang pasti selalu menangis karena ingat sama anaknya (ibu kami) yang pergi lebih dulu

    1. Makasih Ka Pin. Iya katanya enin juga lebih sakit ditinggal anak meninggal dibanding ditinggal meninggal orangtua lebih duluan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *