Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Waspada, Air Baku Dam Duriangkang Terus Menyusut

Dam Duriangkang

Kemarau yang melanda Batam beberapa bulan terakhir, masih berdampak terhadap ketersediaan air baku. Meski saat ini Batam sudah mulai diguyur hujan, intesitas hujan tersebut masih jauh dari yang diharapkan. Apalagi terkadang hujan tidak turun di wilayah dam.

Intensitas curah hujan yang masih kecil, membuat air baku di semua dam menyusut tajam. Tak terkecuali Dam Duriangkang yang merupakan dam estuari terbesar di Kota Batam. Dam yang saat normal dapat menampung air baku dengan volume 78.180.000 m3 tersebut, saat ini menyusut hingga 2,9 meter. Penyusutan tersebut merupakan penyusutan terburuk sejak dam itu dioperasikan pada 2000.

“Curah hujan di sekitar Dam Duriangkang sangat kecil. Saat normal, curah hujan di sekitar Dam Duriangkang dapat mencapai 2.055 mm per tahun, atau rata-rata 171 mm per bulan. Namun sampai dengan April 2016 ini,  curah hujan di sekitar dam baru sekitar 70,32 mm.,” ungkap Manajer Produksi  PT Adhya Tirta Batam (ATB), Estiyudo Listyadi, Rabu (26/4).

Pria yang akrab disapa Yudo tersebut melanjutkan, sejak awal tahun 2016 curah hujan di sekitar Dam Duriangkang terbilang kecil. Curah hujan paling buruk terjadi pada Maret 2016 lalu. Pada bulan Maret 2016, curah hujan di sekitar Dam Duriangkang hanya 10,16 mm.

“Bila beberapa bulan kedepan curah hujan di sekitar Dam Duriangkang tidak juga bertambah secara signifikan. Bukan tidak mungkin, ATB terpaksa harus melakukan water rationing atau penggiliran suplai air, seperti yang pernah dilakukan untuk wilayah suplai Sei Harapan pada akhir tahun lalu. Namun kita berharap, jangan sampai hal tersebut terjadi,” tegas Yudo.

Hal senada disampaikan oleh Corporate Communication Manager ATB Enriqo Moreno. Ia berharap, kondisi Dam Duriangkang segera pulih. Apalagi dam tersebut menyuplai 70 persen kebutuhan air bersih di Pulau Batam. Bila sampai terjadi penggiliran suplai, tentu akan sangat berdampak pada masyarakat Batam.

“Terlebih wilayah suplai Duriangkang juga tersebar cukup jauh, mulai dari Tanjung Piayu, Sukajadi, Batam Centre, Sei Panas, Seraya, Nagoya, Jodoh, hingga Bengkong dan Tanjung Sengkuang. Bila sampai ada water rationing, pasti dampaknya akan lebih besar dibanding rationing Sei Harapan,” tegas Enriqo.

Agar air baku dapat bertahan lebih lama, Enriqo menghimbau agar pelanggan lebih bijak lagi menggunakan air. Apalagi berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dirilis situs berita online nasional, wilayah Sumatera, Riau dan sekitarnya, saat ini sudah mulai memasuki musim kemarau.

“Ayo lebih bijak lagi menggunakan air, agar air baku di Batam dapat bertahan lebih lama. Apalagi air baku Dam Mukakuning juga menyusut hingga 3,03 meter, Dam Nongsa 3,34 meter, Ladi 2,76 meter, dan air baku Dam Sei Harapan menyusut 1,06 meter,” tegasnya. (*)

1 comment on “Waspada, Air Baku Dam Duriangkang Terus Menyusut

  1. Lama-lama krisis air. Penduduk makin bertambah, airnya segitu-gitu aja >.< Selain penghematan air, mungkin perlu juga nyari sumber air yang baru.

Leave a Reply to Qistina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *