Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Saatnya Desa “Unjuk Gigi” Melalui Teknologi Digital

Salah satu desa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi


Teknologi digital telah mengubah segala hal. Salah satunya adalah “wajah” sebuah desa. Dulu, tinggal di desa itu identik dengan sulit mendapat pekerjaan, susah berkembang, dan minim sarana dan prasarana. Tak ayal, meski dengan berat hati, banyak warga desa yang lebih memilih untuk berurbanisasi untuk mendapat penghasilan dan kesempatan hidup yang lebih baik.

Namun, berkat teknologi digital, kini satu per satu desa di Indonesia mulai bersolek mengoptimalkan setiap potensi. Sekarang, lapangan pekerjaan di desa hampir sama banyaknya dengan di kota, potensi untuk mengembangkan diri setiap warga desa juga hampir sama besarnya dengan warga kota. Begitu pula dengan prasarana, meski belum semodern di kota, tetapi perlahan mulai dilengkapi sesuai kebutuhan.

Terlebih sejak 2015, pemerintah pusat mulai menggulirkan dana desa dengan jumlah yang tak sedikit. Dana tersebut digulirkan setiap tahun untuk pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat desa. Tujuan utamanya tentu saja untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.

Dengan dana desa, banyak dibangun beragam infrastruktur, mulai dari jalan, pasar, jembatan, sumur, embung, irigasi, drainase, PAUD, pondok bersalin desa, penahan tanah, tambatan perahu, air bersih, MCK hingga mini market. Pembangunan infrastruktur tersebut disesuaikan dengan kebutuhan setiap desa.

Tak hanya pembangunan infrastruktur, dana desa juga digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa, seperti pelatihan dan pembinaan. Sehingga, tak hanya fasilitas sarana dan prasarana yang didorong untuk lebih maju dan berkembang, tetapi juga masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

Meski dana yang diberikan ke setiap desa di seluruh Indonesia tidak sama rata –berdasarkan kriteria yang ditetapkan, umumnya setiap tahun dana yang diterima setiap desa selalu lebih besar. Untuk tahun 2019 ini, rata-rata setiap desa di Indonesia mendapatkan Dana Desa hingga Rp900.000.000.

Teknologi Digital Dapat Membantu Penduduk Desa Lebih Sejahtera

Meski belum secara keseluruhan, saat ini sudah mulai banyak penduduk desa yang mulai melek teknologi digital. Mereka mulai memanfaatkan teknologi untuk lebih mengoptimalkan potensi desa. Ada yang dilakukan secara mandiri, ada juga dengan bantuan dan campur tangan pemerintah pusat dan (atau) pemerintah daerah.

Salah satu yang memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah beberapa desa di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Mereka mengaplikasikan teknologi digital untuk budidaya ikan yang banyak digeluti oleh masyarakat sekitar, khususnya ikan lele.

Aplikasi tersebut membuat budidaya ikan lebih efisien. Pemberian pakan ikan dapat diatur hanya melalui ponsel pintar, baik dari sisi jumlah pakan yang diberikan, maupun kapan waktu yang tepat pakan tersebut diberikan. Sehingga, hasilnya lebih optimal. Selain lebih memudahkan petani memantau dan menjadwalkan pemberian pakan ikan, siklus panen juga dapat lebih cepat.

Berdasarkan data yang dirilis republika.co.id, setelah menggunakan alat otomatis pemberi pakan ikan tersebut, volume produksi ikan lele di tiga kecamatan di Kabupaten Indramayu, yakni Kecamatan Losarang, Kandanghaur dan Sindang, naik lebih dari dua kali lipat. Sepanjang 2018, volume produksi ikan  lele di sentra-sentra budidaya tersebut naik 79,15 persen dari tahun sebelumnya.

Bila tahun 2017 hanya menghasilkan 67.671,84 ton lele, pada 2018 produksi lele meningkat menjadi 85.496,85 ton.Volume produksi yang meningkat, otomatis juga menggerek nilai produksi. Bila sebelumnya nilai produksi hanya Rp996.975.580.000, setelah menggunakan teknologi digital tersebut menjadi Rp1.336.963.249.000. Atau naik 74,57 persen dari periode sebelumnya.

Tak hanya dapat meningkatkan pendapatan penduduk desa dari bidang perikanan, teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan penduduk desa dari sektor pertanian. Salah satu contohnya adalah di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

Sejak 2015, mereka menerapkan beragam teknologi pertanian modern untuk lebih mengoptimalkan hasil pertanian. Untuk menabur benih padi dan pupuk, bahkan dimungkinkan dengan menggunakan drone. Sehingga, petani tak perlu berkotor-kotor berkeliling sawah. Cukup dengan menggunakan teknologi digital, benih dan pupuk sudah dapat ditabur dengan sempurna.

Berkat penerapan pertanian modern tersebut, panen padi yang biasanya hanya dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, kini bisa lima kali dalam dua tahun. Produktivitas padi yang dihasilkan juga meningkat. Bila sebelumnya setiap meter persegi lahan hanya mampu menghasilkan tujuh ons gabah kering, kini dapat menghasilkan satu kilogram gabah kering. Biaya produksi juga menjadi lebih efisien sekitar tujuh persen dari sebelumnya.

Membuka Lebih Banyak Lapangan Kerja

Teknologi digital membuka banyak peluang untuk menambah pendapatan, tak terkecuali di desa yang jauh dari hiruk pikuk keramaian. Kini tak sedikit penduduk desa yang memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang cukup lumayan berkat memanfaatkan perkembangan teknologi digital.

Salah satunya di Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Penduduk di desa ini bisa menghasilkan pendapatan lumayan besar hanya dengan memanfaatkan teknologi digital yang semakin berkembang melalui smartphone.

Para penduduk yang tinggal di desa ini membantu memasarkan produk para pelaku pasar online dari seluruh Indonesia melalui Kampung Marketer. Kampung Marketer tersebut dirintis oleh seorang warga asli Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, yang jeli melihat peluang.

Berkat Kampung Marketer, kini penduduk Desa Tunjungmuli bisa mendapat penghasilan yang terbilang lumayan tanpa harus meninggalkan desa. Apalagi, pekerjaan yang memanfaatkan teknologi digital tersebut dapat disesuaikan dengan waktu luang, minat dan keterampilan setiap warga desa.

Ekonomi Desa Dapat Terdongkrak dengan Baik

Teknologi digital juga memungkinkan warga mendongkrak perekonomian desa melalui bidang pariwisata. Saat ini, sudah mulai banyak desa-desa di Indonesia yang memanfaatkan potensi daerah mereka untuk menjaring banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Terlebih wisata-wisata yang berkonsep alam semakin banyak diminati.

Memoles desa sebagai desa wisata memiliki banyak dampak yang sangat baik. Selain wajah desa yang semakin cantik, terawat, juga dapat membantu mendongkrak perekonomian desa. Penduduk desa dapat membuka kedai makan masakan khas daerah tersebut, membuka kios oleh-oleh, hingga menjadi salah satu petugas di tempat wisata tersebut.

Terlebih, mengubah desa biasa menjadi desa wisata terkadang tidak memerlukan biaya yang terlampau banyak. Hanya perlu memanfaatkan potensi yang sudah ada ditambah dengan sedikit kreativitas agar potensi tersebut dapat terlihat lebih menarik. Selain itu, hal yang paling penting, tentu kerjasama yang solid antar warga desa.

Desa yang sudah berhasil memanfaatkan potensi ini, salah satunya adalah Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Desa ini menawarkan wisata edukasi dan budaya. Desa wisata ini bahkan sampai meraih penghargaan ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award 2017.

Potensi wisata dapat menjadi andalan untuk mendongkrak perekonomian desa di era teknologi digital. Hal tersebut dikarenakan semakin mudah melakukan promosi wisata melalui jejaring internet, baik melalui video maupun foto. Terlebih promosi juga dapat dilakukan langsung ke masing-masing pengunjung potensial melalui media sosial.

Selain itu, lebih banyak masyarakat yang suka mengabadikan momen terbaik di tempat wisata melalui media sosial juga menjadi keuntungan tersendiri. Lokasi wisata dapat menjadi semakin terkenal, bahkan viral. Orang yang tadinya tidak tahu, menjadi tahu. Orang yang tadinya tidak berminat berkunjung, menjadi ingin berkunjung.

Saat pariwisata di sebuah desa berkembang, umumnya perekonomian di desa tersebut juga ikut terdongkrak menjadi lebih baik. Sehingga, membuka kesempatan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan setiap warga desa.

Menjual Langsung Produk di Market Place dan Media Sosial

Teknologi digital juga memungkinkan setiap warga desa dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara mandiri. Petani sayur dapat menjual langsung sayur yang mereka tanam melalui market place ataupun media sosial. Ada salah satu teman saya yang tinggal di Bandung yang menerapkan metode ini.

Selain dijual langsung ke pasar dan beberapa toko di sekitar rumah, sayur dan aneka tumbuhan yang ia tanam dijual melalui media sosial. Sayur-sayur tersebut biasanya sudah dikemas rapi dan bersih dengan berat tertentu. Sehingga, membuat orang lebih tertarik untuk membeli.

Teknologi digital seperti ini memungkinkan petani yang tinggal di desa dapat menjangkau pembeli secara langsung. Sehingga, harga nilai jual produk yang mereka tanam dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Tidak ada lagi “digencet” oleh tengkulak yang membeli dari petani dengan harga serendah mungkin, dan menjual ke pembeli dengan harga setinggi mungkin.

Bila dimanfaatkan dengan baik dan tepat, teknologi digital dapat memberi banyak manfaat yang sangat baik. Sudahkan desa Anda memanfaatkan teknologi digital dengan lebih optimal? Yuk, kita manfaatkan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Dengan teknologi digital, tak ada lagi sekat yang terlalu tajam antara desa dan kota. Meski tinggal di desa, kita tetap dapat berdaya dan berkembang. Kini saatnya desa “unjuk gigi”. Kini saatnya desa bertransformasi menjadi salah satu roda penggerak ekonomi. Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *