Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Air Bersih Pulau Batam, Akan Lebih Baik Dikelola Langsung BP Batam?

Instalasi Pengolahan Air Duriangkang. | Dokumentasi ATB

Akhir 2020, pengelolaan air bersih di Batam, Kepulauan Riau, akan memasuki babak baru. Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku regulator pengelolaan air bersih di Pulau Batam sudah memastikan tidak akan memperpanjang kontrak kerjasama dengan PT Adhya Tirta Batam (ATB).

Kontrak kerjasama pengelolaan air bersih antara BP Batam dengan perusahaan Singapura-Indonesia tersebut tidak akan diperbarui. Tetap hanya selama 25 tahun –dari 1995 hingga 2020 ini, seperti perjanjian konsesi. Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, mengungkapkan, pengelolaan air bersih di Batam kemungkinan akan dilakukan sendiri oleh BP Batam.

Sudah Banyak Ahli Pengelolaan Air Bersih di Indonesia

Jauh sebelum BP Batam memutuskan untuk mengelola sendiri air bersih di Pulau Batam, saya sempat beberapa kali membaca opini-opini masyarakat Batam terkait pengelolaan air bersih. Ada yang pro BP Batam mengelola sendiri air bersih pasca-konsesi, ada juga yang kontra.

Kalau saya pribadi, termasuk kubu yang pro. Mengapa? Tahun 2020 ini berbeda dengan 1995 saat BP Batam melakukan konsesi pengelolaan air bersih dengan ATB. Saat itu, SDM dan teknologi terkait air bersih di Indonesia masih sangat terbatas. Air perpipaan masih menjadi hal baru.

Itu makanya, saat BP Batam merasa kesulitan mengelola sendiri air bersih seiring dengan semakin berkembangnya Pulau Batam, instansi pemerintah tersebut sampai harus mencari investor ke mancanegara. Investor yang dicari memang bukan yang sekadar mau menanamkan modal, tetapi juga yang mumpuni mengelola air bersih.

Mengelola air bersih memang susah-susah, gampang. Itu makanya perlu perusahaan pengelolaan air bersih berpengalaman untuk alih teknologi. Hingga akhirnya, terpilihlah tiga perusahaan. Dua perusahaan dari Indonesia –yang saat itu masih awam dengan pengelolaan air bersih, dan satu perusahaan dari Inggris yang sudah sangat kompeten di bidang tersebut.

Setelah terpilih, ketiga perusahaan tersebut kemudian membentuk perusahaan baru, PT Adhya Tirta Batam (ATB). Seiring waktu, tiga perusahaan tersebut menyusut menjadi dua perusahaan. Salah satu perusahaan Indonesia menjual saham yang dimiliki. Perusahaan dari Inggris pun kemudian berpindah kepemilikan. Hingga akhirnya kini saham ATB dimiliki PT Bangun Cipta Kontraktor (BCK) dari Indonesia dan Sembcorp, Singapura.

Kini setelah 25 tahun berlalu, sistem pengelolaan air minum di Indonesia semakin baik. Sekarang sudah cukup banyak ahli pengelolaan air bersih di Indonesia, teknologi terkait air bersih juga sudah sangat berkembang. Meski jumlahnya belum mendominasi, sudah banyak PDAM yang memiliki performa sangat baik. Terlebih pengelolaan air bersih di Batam juga sudah bagus, tinggal dilanjutkan.

Karyawan-karyawan ATB juga banyak yang mumpuni. Saat konsesi berakhir, tinggal direkrut ulang. Atau bahkan mungkin sudah termasuk aset, sehingga sudah otomatis menjadi pegawai BP Batam, seperti halnya pipa, tanki, instalasi pengolahan air, dll, yang serta merta menjadi aset BP Batam saat kontrak kerjasama itu berakhir.

Tidak perlu takut duluan pelayanan air bersih di Batam akan menjadi buruk hanya karena berganti pengelola. Selama ada komitmen yang disertai dengan SDM yang mendukung, pengelolaan air bersih di Batam pasti akan tetap baik, bahkan bisa jadi akan lebih baik.

BP Batam bisa mengelola bandar udara internasional dengan sangat baik, masa mengelola air bersih tidak bisa? Terlebih sudah ada Kantor Pengelolaan Air dan Limbah. Tinggal lebih dioptimalkan lagi. Apalagi salah satu deputi BP Batam yang saat ini menjabat juga pernah berkecimpung di bidang pengelolaan air bersih.

Diharapkan Lebih Optimal Menjaga Ketahanan Air Bersih

Selama mengelola air bersih perpipaan di Pulau Batam, sudah cukup banyak yang dilakukan ATB untuk membantu menjaga ketahanan sumber air baku. Perusahaan tersebut menaja beberapa program tanggung jawab sosial perusahaan, baik yang bersifat edukasi maupun yang langsung implementasi.

Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, setiap tahun ATB melakukan penanaman pohon di daerah resapan air hingga mengajak para generasi muda untuk lebih peduli dengan ketahanan air bersih di Batam melalui beberapa program, salah duanya school campaign dan cerdas cermat.

Hanya saja, namanya juga perusahaan swasta, (saat itu) berharap pula konsesi pengelolaan air bersih diperpanjang. Ada beberapa program CSR yang lebih mengedepankan citra ingin lebih dikenal, ingin “menyenangkan hati” masyarakat Batam, atau sekadar ingin “meredam konflik”, terutama di daerah yang aliran airnya belum optimal.

Padahal kondisi sumber daya air bersih di Batam sedikit berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Ada baiknya kedepan, setelah dipegang sendiri oleh BP Batam, dana CSR yang dialokasikan tersebut, digunakan untuk lebih banyak menaja program yang bertujuan menjaga ketahanan air bersih di Batam.

Selain itu, karena dipegang sendiri oleh BP Batam dari hulu ke hilir, dari mulai air baku hingga air yang siap terdistribusi, diharapkan akan lebih optimal melakukan berbagai program untuk menjaga ketahanan air bersih di Batam. “Peta” jadi satu, tidak lagi dua. Tidak ada lagi pembagian, ini fokus menjaga air baku, ini fokus mengelola air bersih.

Mengelola Air Bersih di Batam Pasti Untung, Mengapa Harus Diserahkan ke Pihak Lain?

Mengelola air bersih perpipaan di Pulau Batam itu pasti untung. Mengapa? Batam nyaris tidak memiliki sumber daya air bersih alami. Tidak ada sumber mata air dari gunung, karena memang tidak ada gunung, hanya bukit-bukit berjejer di beberapa titik, tidak ada juga sungai yang berlimpah air seperti halnya di daerah lain di Indonesia. Alhasil hampir semua penduduk mengandalkan air bersih perpipaan.

Bila di beberapa daerah lain pengelola air perpipaan harus susah payah mengedukasi penduduk agar menggunakan air perpipaan, di Batam justru terkadang penduduk yang “ngegeruduk” kantor perusahaan pengelola air perpipaan agar segera dijadikan pelanggan.

Tak heran air perpipaan di Pulau Batam sudah menjangkau hampir seluruh pulau. Kalaupun ada yang belum teraliri biasanya karena terbentur legalitas lahan. Itu pun tapi masih dapat menikmati air perpipaan dengan cara khusus, yakni melalui kios air, yang dikelola oleh salah satu penduduk di wilayah tersebut yang ditawarkan dengan harga “khusus pula”.

Semakin banyak pelanggan otomatis biaya operasional dapat ditekan. Biaya mungkin akan lebih tinggi dengan semakin banyaknya pelanggan, tetapi kan bila dibagi dengan pelanggan yang lebih banyak, otomatis beban biaya operasional untuk setiap pelanggan akan lebih ringan.

Semakin banyak pelanggan, potensi meraup rupiah akan semakin banyak. Contoh untuk biaya cetak faktur misalnya. ATB membebankan kepada setiap pelanggan Rp3.000/bulan seperti yang tercantum di struk pembayaran. Bila dikalikan dengan 250.000 pelanggan saja, sudah terkumpul dana Rp750.000.000. Padahal jumlah pelanggan ATB sudah lebih dari itu.

Contoh lain adalah biaya pemeliharaan meter air. Setiap pelanggan setiap bulan dikenakan biaya pemeliharaan meter air. Anggap saja ada 250.000 pelanggan ATB, dengan biaya pemeliharaan meter air Rp10.000/bulan/pelanggan. Sudah terkumpul dana Rp2.500.000.000/bulan. Biaya Rp10.000 untuk meter air kategori rumah tangga, untuk kategori lain dikenakan biaya yang berbeda. Untuk kategori niaga, bisnis, biayanya lebih tinggi. Dan, itu diluar harga air bersih per meter kubik lho.

Air bersih per meter kubik juga diberlakukan harga progresif. Semakin banyak air yang digunakan, akan semakin mahal harga air yang dikenakan per meter kubik kepada pelanggan. Biasanya pembagian harga tersebut diberlakukan per 10 meter kubik. Semakin melewati 10 meter kubik berikutnya, air yang harus dibayar pelanggan per meter kubik akan semakin mahal.

Bagus sih sebenarnya, untuk meredam keborosan pelanggan mengggunakan air bersih. Bila melihat harga yang semakin melambung, umumnya pelanggan akan berpikir ulang untuk menghambur-hamburkan air bersih. Terlebih sumber daya air baku di Batam sangat terbatas.

Belum lagi, harga per meter kubik air untuk setiap kategori pelanggan juga berbeda. Untuk bandara, pelabuhan, bisnis, niaga, jauh lebih tinggi harga air yang dikenakan dibanding untuk kategori sosial atau rumah tangga. Bahkan ada yang dikenakan hingga Rp50.000/meter kubik air bersih.

Bisnis air bersih di Batam memang cukup menggiurkan. Selain air perpipaan menjadi andalan utama untuk pemenuhan air bersih, pelanggan air bersih di Batam juga tidak hanya didominasi oleh pelanggan kategori rumah tangga, tetapi juga aneka hotel, resort, dan kawasan industri.

Mengelola air bersih di Batam itu pasti untung. Terlebih bila dikelola dengan sangat baik. Sehingga, dibanding “bagi-bagi untung” dengan perusahaan lain untuk mengelola air bersih, lebih baik dikelola sendiri oleh pemerintah. Keuntungan tersebut bisa untuk semakin mengoptimalkan kehandalan suplai air bersih di Pulau Batam. Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *