Cucum Suminar

Lifestyle, Parenting & Travelling Blog

Makan Siang Dimana Kita? Second Home Saja!

Nasi Tempong Second Home, Eat & Drink. | Cucum Suminar

Tempat makan ini terlihat unik. Hampir seluruh bangunan ditutupi pintu dan jendela yang diatur sedemikian rupa. Ada jendela yang diletakan secara horizontal, ada juga yang dipasang secara vertikal. Jendela-jendela tersebut dipadankan dengan kaca bening yang memberi efek vintage.

Saat pertama kali memutuskan mencoba makan siang di Second Home, Eat & Drink, Batam, Kepulauan Riau, sekitar awal 2017, saya sedikit ragu. Khawatir tempat makan ini tidak menyediakan makanan berat berupa nasi. Apalagi beberapa kali melintas di depan rumah makan ini, suka melihat para ekspatriat yang sedang santai duduk-duduk makan.

Suasana Second Home, Eat & Drink. | Cucum Suminar

Selain itu, khawatir juga dengan harga yang ditawarkan. Jangan-jangan harganya tidak sebanding dengan makanan yang disajikan. Terlebih tempat makan ini terlihat lebih mirip cafe dibanding restoran atau tempat makan yang menyediakan aneka menu untuk makan siang.

Bisa berfoto dengan boneka. | Cucum Suminar

Namun, kita tidak pernah tahu bila tidak mencoba, kan? Waktu itu, usai menjemput anak yang paling besar pulang sekolah, saya memutuskan makan siang di tempat ini. Anak saya sempat protes. Ia pun sepertinya ragu dengan tampilan Second Home, Eat & Drink yang agak nyeleneh.

Nasi Tempong dengan Rasa Juara

Saat kami sudah duduk dan melihat menu, mata si sulung berubah berbinar. Dalam daftar menu tersebut, ternyata ada banyak makanan favorit si sulung. Bahkan menu andalan di Second Home, Eat & Drink adalah nasi tempong. Nasi, lalaban, sambal ekstra pedas, dan lauk. Untuk lauk bisa kita pilih sendiri. Ada yang dipadankan dengan ayam, sotong, ikan peda bahkan ikan gurame.


Nasi Tempong Second Home, Eat & Drink. | Cucum Suminar

Lalaban yang disajikan juga lumayan lengkap, mulai dari kemangi, mentimun, hingga petai yang sudah dikukus. Sedap. Alhasil, setiap kali ke tempat makan ini, saya selalu memesan nasi tempong dengan lauk yang berbeda. Namun, bila sedang ramai pengunjung, saya biasanya menyisihkan si pete. Khawatir mengganggu pengunjung lain hehe.

Hal yang membuat nasi tempong di Second Home, Eat & Drink lezat adalah sambalnya. Rasanya sangat pedas, tetapi bikin nagih. Selain itu, ikan, sotong, dan ayam yang menjadi lauk digoreng dengan kematangan sempurna. Sehingga, rasanya sangat kerenyes. Bumbunya juga sangat pas.


Spaghetti Second Home, Eat & Drink. | Cucum Suminar

Beberapa kali saya juga mencoba menu lain, seperti spaghetti dan pizza. Ternyata dua western food ini juga tak kalah lezat. Entah saking enaknya, atau efek lapar, anak saya yang paling besar bahkan beberapa kali memakan satu loyang pizza Second Home, Eat & Drink sekaligus sendirian.

Pizza Second Home, Eat & Drink. | Cucum Suminar

Menu yang ditawarkan Second Home, Eat & Drink cukup variatif. Bila malas makan berat, bisa juga mencoba makan burger steak, atau kentang goreng. Atau sekalian saja mencicip kerang tumpah yang sangat lezat khas Second Home, Eat & Drink. Apalagi kerang tersebut juga disajikan dengan aneka seafood lain, mulai dari gong gong hingga udang.

Milkshake Si Minuman Favorit

Ada banyak aneka jenis minuman yang ditawarkan Second Home, Eat & Drink, tetapi minuman favorit saya dan si sulung adalah milkshake. Saya sangat suka milkshake strowberi, si sulung milkshake cokelat. Meski bila ditawari milkshake vanilla juga sebenarnya tidak menolak hehe.

Milkshake Strowberi. | Cucum Suminar

Saya dan si kecil biasanya suka memesan beberapa minuman. Rasa minumannya enak-enak. Paling penting, harga dan rasa sangat sesuai. Terkadang kan ada beberapa tempat makan yang suka mengambil keuntungan yang lebih banyak dari minuman. Harga minuman dibuat lebih tinggi.

Milkshake Coklat. | Cucum Suminar

Terkadang terlihat tidak rasional. Harga minuman di tempat makan ini masih sangat wajar. Harga makanan dan minuman di tempat ini cukup sesuai. Termasuk terjangkau untuk ukuran makanan dan minuman yang selezat itu. Satu yang kurang, nasi putih untuk nasi tempong, terkadang lebih gemuk, terkadang disajikan lebih langsing. Entahlah, apakah memang nasi yang disajikan lebih sedikit, atau efek saya saja yang sedang lebih lapar sehingga nasinya terlihat lebih sedikit hehe. Salam! (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *