Belajar Toleransi di Taman Kota Batam
Batam, Kepulauan Riau (Kepri), mungkin bisa dibilang salah satu kota di Indonesia dengan toleransi agama yang cukup baik. Pemeluk agama yang berbeda keyakinan hidup berdampingan dengan damai tanpa gesekan. Begitupula dengan rumah ibadah – berdiri tegak bersisian dengan jarak yang hanya beberapa meter.
Masjid yang ada di dekat rumah saya, jaraknya hanya sekitar 100 meter dari gereja yang biasa digunakan umat Nasrani untuk beribadah. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di lingkungan tempat saya tinggal, namun juga di lingkungan perumahan lain di hampir seluruh titik Kota Batam – meski umumnya hanya masjid dan gereja yang bersisian, sementara vihara dan pura hanya ada di titik tertentu karena jumlahnya yang masih terbatas.
Pendatang yang hadir dari beragam penjuru kota sepertinya menjadi salah satu alasan mengapa deretan pulau yang langsung berbatasan dengan Singapura ini sangat terbuka dengan beragam agama – meski sebenarnya Batam lumayan kental dengan budaya Melayu yang identik dengan Islam.
Perantau di Batam memang terdiri dari beragam etnis, mulai dari suku Minang, Batak, Ambon, Jawa, Sunda, hingga Etnis Tionghoa dan Kaukasia. Mereka umumnya pendatang yang merantau ke Batam karena keperluan pekerjaan, meski sebagian karena hal lain – salah satunya pernikahan dengan warga setempat.
Tinggal di Indonesia, Wajib Bertoleransi
Walaupun lebih memilih untuk menyekolahkan buah hati ke sekolah Islam terpadu, dibanding ke sekolah umum, saya tetap berkeinginan agar anak saya menjunjung tinggi toleransi beragama. Apalagi kita hidup di Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan agama.
Oleh karena itu, setiap kali melewati rumah ibadah agama lain saya selalu menjelaskan itu bangunan apa. Saat melewati vihara saya biasanya menjelaskan ke anak, itu bangunan yang digunakan umat Budha untuk beribadah, begitupula saat melewati pura yang terletak di Jalan Gajah Mada, saya mengatakan itu rumah ibadah untuk umat Hindu. Kalau melewati masjid, anak saya biasanya sudah tahu itu tempat beribadah agama kami – mungkin karena setiap masjid biasanya dilengkapi dengan menara dan kubah.
Saya tidak tahu apakah anak saya sudah cukup toleran atau belum. Masih terlalu jauh berpikir ke arah sana, apalagi anak saya masih berusia lima tahun. Saya hanya ingin memberitahu anak – selain agama yang kami anut, masih ada beberapa agama lain di Indonesia. Oleh karena itu harus saling menghormati agar dapat hidup berdampingan dengan baik, meski tidak satu keyakinan.
Belajar Menghargai Keberagaman di Rumah Miniatur
Saya biasanya menunjuk rumah-rumah ibadah agama lain sambil lalu, saat dalam kendaraan dan kebetulan melewati rumah ibadah tersebut. Terkadang rumah ibadahnya tidak terlihat karena tertutup pagar yang lumayan tinggi. Sehingga, hanya terlihat atapnyanya saja yang tinggi menjulang.
Oleh sebab itu, saat berkunjung ke Rumah Miniatur dan menemukan rumah ibadah yang berjejer cantik, saya lumayan senang. Saya bisa menunjukan ke anak rumah-rumah ibadah yang ada di indonesia. Meski hanya replika namun bangunannya mirip dengan aslinya – termasuk dari warna cat yang digunakan.
Selain belajar toleransi beragama, di Rumah Miniatur juga kita belajar untuk menghargai perbedaan antar suku. Bila rumah adatnya saja sudah berbeda, jangan heran bila kebiasaan dan adat istiadat setiap kota dan kabupaten di Indonesia juga berbeda. Justru perbedaan tersebut terlihat menarik, seperti halnya rumah-rumah adat miniatur yang berjejer di objek wisata yang terletak di Golden City, Bengkong, tersebut.
Rumah Miniatur memang tidak hanya menghadirkan rumah ibadah dalam bentuk mini, namun juga replika rumah-rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia. Sehingga, kita dapat belajar keberagaman Indonesia melalui taman yang cukup luas tersebut. Apalagi tidak ada biaya masuk menjelajah objek wisata itu, alias gratis. Jadi siap menjelajah Rumah Miniatur? (*)
“Belajar Toleransi”?
Emp, SETUJU!!!!
Walaupun waktu main ke sana nggak kepikiran sampe kesitu.
Mikirnya cuma tamannya bagus. Gitu aja…
Mungkin karena saya udah emak-emak jadi memang kepikiran kesana buat sekalian ngajarin anak hehehe
Di foto keliatan bagus 🙂
Hehehe aslinya juga bagus kok.
Serasa ada di Taman Mini kalau lihat miniatur seperti ini. Betul banget kak Cucum toleransi harus diajarkan sejak kecil biar nanti kalau udah gede bisa saling menghargai satu sama lain. Asyik, kapan ya saya bisa foto-foto di Taman ini. Hehe
Taman Mini mini hehehe. Iya harus diajarkan sejak kecil karena kita hidup dengan beragam suku dan agama. Beruntung Batam lumayan bagus toleransi beragama maupun kesukuannya.
Wah… Bagus ni untuk mengenalkan anak anak bertoleransi
Iya Mas Robby, bagus buat edukasi ytoleransi ke anak.